Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Yuan Tertekan, Pasar Saham China Makin Turun

Bursa saham China memperpanjang penurunan pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Rabu (15/8/2018), di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi dan pelemahan mata uang yuan yang menekan kepercayaan investor.
Bursa China SHCI/Reuters
Bursa China SHCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham China memperpanjang penurunan pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Rabu (15/8/2018), di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi dan pelemahan mata uang yuan yang menekan kepercayaan investor.

Indeks Shanghai Composite ditutup melemah 2,08% atau 57,71 poin di level 2.723,26, setelah berakhir turun 0,18% atau 4,91 poin di posisi 2.780,96 pada perdagangan Selasa (14/8).

Adapun indeks CSI 300 di Shenzhen yang berisi saham-saham bluechip berakhir melemah 2,40% atau 80,94 poin di level 3.291,98, setelah ditutup turun 0,51% di level 3.372,91 kemarin.

Dilansir Reuters, bursa saham China telah tertekan data ekonomi yang dirilis pada Selasa (14/8), saat perang perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) mengancam untuk memberi lebih banyak tekanan pada negara berkekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

Demi menyokong pertumbuhan, pemerintah China telah mendorong pemerintah daerah untuk mempercepat penerbitan obligasi khusus untuk pendanaan proyek-proyek infrastruktur.

Perhatian pasar juga tertuju pada mata uang yuan saat pelemahan lira Turki mengurangi daya tarik mata uang emerging market.

Yuan hari ini melemah ke level terendahnya dalam 15 bulan dan bergerak di level support yang belum terlihat sejak 2008 saat dolar AS memperpanjang penguatannya dan sejumlah indikator ekonomi menunjukkan perlambatan.

Pertumbuhan investasi aset tetap melambat lebih dari yang diperkirakan menjadi 5,5% pada selama periode Januari-Juli 2018. Hal ini menyoroti melemahnya permintaan domestik serta goyahnya kepercayaan bisnis.

Kinerja penjualan ritel juga meleset dari ekspektasi, dengan konsumen Cina lebih enggan berbelanja barang-barang, mulai dari kosmetik hingga barang-barang besar seperti peralatan rumah tangga dan furnitur.

Penjualan ritel naik 8,8% pada Juli dari tahun sebelumnya, di bawah perkiraan untuk peningkatan sebesar 9,1% serta turun dari raihan sebesar 9% pada Juni.

Sementara itu, produksi industri gagal berakselerasi seperti yang diharapkan, dengan hanya mencatat kenaikan sebesar 6% pada Juli, menurut Biro Statistik Nasional (NBS) China. Raihan ini lebih rendah dari estimasi analis untuk kenaikan 6,3%.

“Saat PBOC telah berupaya menopang yuan terhadap dolar AS dengan menaikkan cadangan wajib valas, pelemahan yang terjadi akhir-akhir ini terhadap sejumlah negara emerging market (seperti Argentina dan Turki), yang dipicu risiko utang dan politik, telah merugikan sentimen,” ujar Gao Ting, Head of China Strategy di UBS Securities.

Sejalan dengan bursa China, indeks Hang Seng Hong Kong lanjut berakhir melemah 1,55% atau 429,34 poin di level 27.323,59, setelah ditutup turun 0,66% di posisi 27.752,93 pada Selasa (14/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper