Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Lira Turki Seret Pergerakan Mata Uang Emerging Market Lainnya

Lira Turki melanjutkan pelemahannya pada perdagangan Senin (13/8/2018).
Uang lira Turki./Reuters-Murad Sezer
Uang lira Turki./Reuters-Murad Sezer

Bisnis.cok, JAKARTA – Lira Turki melanjutkan pelemahannya pada perdagangan Senin (13/8/2018).

Setelah pekan lalu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tidak memperlihatkan tanda-tanda untuk mengalah dari AS, aksi jual pun menyebar ke mata uang emerging market lainnya

Adapun lira sempat melemah hingga lebih dari 7,23 lira per dolar AS pada Senin (13/8/2018), sebelum bergerak menguat tipis.

Penguatan tersebut dipicu oleh keputusan Agensi Supervisi dan Regulasi Perbakan (BDDK) yang ingin membatasi transaksi swap dalam mata uang lira.

Selain itu, surat kabar Hurriyet jugamelaporkan bahwa Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak akan mengumumkan langkah-langkah yang bakal diambil pemerintah untuk meredakan kekhawatiran pasar.

Ray Attrill, Kepala Strategi Valuta Asing di National Australia Bank Ltd., di Sydney, menyampaikan bahwa kedua laporan tersebut sedikit membantu lira kembali menguat.

“[Namun], belum ada yang mengindikasikan bahwa pemerintah, maupun Bank Sentral Turki, bakal mengumumkan langkah kebijakan fiskal maupun moneter untuk mengembalikan keyakinan di Turki,” ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Senin (13/8/2018).

Sejauh ini, lira bagaikan korban dari kebijakan Pemerintah Turki yang ingin menumbuhkan perekonomian dengan jalan apapun. Selain itu, perselisihan diplomatik dengan Amerika Serikat juga turut memperburuk keadaan.

Anjloknya lira ke rekor terdalamnya pun menimbulkan kekhawatiran dapat memicu efek berantai di dalam pasar keuangan global pada Senin (13/8/2018). Hal itu pun menyeret beberapa nilai mata uang emerging-market ke level terendahnya selama lebih dari setahun.

Adapun di pasar spot, dolar terpantau menguat 7% menjadi 7.0002 terhadap lira pada pukul 10.12 WIB. Sementara itu rand Afrika Selatan terjatuh ke level terendahnya dalam lebih dua tahun, menjadi 14,78 per dolar AS, dan peso Meksiko juga turun hampir 2%.

“Pelemahan lira berdampak kemana-mana, bukan saja karena posisi eksternal yang lemah dalam hal defisit neraca berjalan dan cadangan devisa yang tidak memadai, namun juga karena tantangan lingkungan politik yang semakin memberatkan lira,” kata Kerry Craig, Strategis Pasar Global di J.P. Morgan Asset Management.

Dia mengingatkan, hal ini dapat memicu volatilitas untuk aset emerging market dan menghilangkan keyakinan investor untuk jangka pendek karena posisi pasar yang sedang bergairah saat ini.

Adapun pelemahan lira yang juga memberatkan euro dan dolar Australia semakin memperkuat permintaan untuk aset safe haven. Aussie melemah hingga 0,4% terhadap greenback,sementara yen dan Tresuri AS terangkat.

“Euro dan dolar Australia memang menjadi titik penentu. Pasalnya, euro dekat hubungannya dengan Turki danAussie merupakan mata uang yang dijadikan proxy risiko di emerging market,” katanya.

Adapun Guillaume Tresca, Senior Emerging Market Strategist di Credit Agricole CIB menilai untuk saat ini, yang dapat dilakukan Turki tidak lagi cukup hanya dengan menaikkan suku bunga.

“Turki perlu menyeimbangkan ekonominya dengan menyediakan kelompok ekonomi baru dan berkomitmen atas independensi bank sentral,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper