Bisnis.com, JAKARTA—Meningkatnya minat investor dalam lelang surat utang negara atau SUN yang digelar pemerintah kemarin, Selasa (17/7/2018), didorong oleh harapan membaiknya kinerja pasar surat utang serta aktifnya investor perbankan untuk mengimbangi beban mereka akibat naiknya bunga deposito.
Kemarin, pemerintah kembali menggelar lelang SUN dan mengantongi penawaran investor hingga Rp38,7 triliun. Ini merupakan nilai penawaran tertinggi dalam lelang SUN sejak lelang 13 Maret 2018 lalu.
Minat investor pada lelang cenderung berkurang akhir-akhir ini lantaran tingginya ketidakstabilan akibat gejolak pasar global. Namun, lelang SUN pertengahan bulan ini menunjukkan adanya pemulihan minat investor pada instrumen SUN.
Dhian Karyantono, Analis Fixed Income Mirae Asset Sekuritas, mengatakan bahwa peningkatan minat investor dalam lelang SUN kali ini dipimpin oleh kalangan perbankan.
Bank konvensional khususnya meminati seri tenor pendek, yakni dua seri pasar uang tenor 3 bulan dan 9 bulan, serta FR0063 tenor 5 tahun. Adapun, dua seri lain yang dilelang pemerintah yakni FR0064 tenor 10 tahun, dan FR0075 tenor 20 tahun.
Dhian mengatakan, tingginya minat bank konvensional pada lelang kali ini merupakan strategi likuiditas mereka karena penempatan dana di SUN lebih minim resiko dibandingkan pemberikan kredit pada pihak ketiga, apalagi di tengah tren kenaikan suku bunga acuan saat ini.
Baca Juga
Selain itu, tren kenaikan suku bunga acuan juga diperkirakan akan mendorong kenaikan dari bunga produk-produk bank, seperti deposito, sehingga return dari obligasi pemerintah menjadi pilihan yang lebih realistis guna menutupi biaya bunga deposito tersebut.
Di samping itu, minat investor lainnya juga turut meningkat seiring adanya tanda-tanda pemulihan pasar. Investor asing banyak menyasar tenor menengah, khususnya FR0064, sedangkan investor dana pensiun banyak menyasar tenor panjang yakni FR0075.
“Tren kenaikan harga SUN pada minggu lalu mengembalikan kepercayaan investor asing dan dana pensiun sehingga minat mereka terhadap lelang SUN kali ini menjadi lebih tinggi dibandingkan sebelumnya,” katanya pada Bisnis, dikutip Rabu (18/7/2018).
Dhian menilai, lelang kali ini cukup sukses dengan tingkat yield yang diminta cukup wajar di tengah perkembangan nilai tukar rupiah, perang dagang, dan peningkatan yield US Treasury.
Sementara itu, harga SUN di pasar sekunder selama lelang cenderung mengalami penurunan dibandingkan hari sebelumnya. Menurutnya, hal tersebut didorong oleh sentimen global, khususnya kenaikan yield US Treasury pasca rilis data penjualan eceran AS.
“Selain itu, pasar biasanya cenderung menurunkan harga (bid) SUN di pasar sekunder menjelang lelang SUN dengan harapan agar bisa merefleksikan tingkat harga dalam lelang SUN,” katanya.
Menurutnya, SUN masih akan bergerak dalam tren penurunan harga atau peningkatan yield hingga akhir tahun ini. Namun, agenda intervensi Bank Indonesia guna menjaga rupiah melalui pasar valas dan obligasi diperkirakan bisa membatasi penurunan yield sekaligus menjaga kepercayaan investor.