Bisnis.com, JAKARTA – Investor emas telah melepaskan dana yang diperdagangkan di bursa atau exchange-traded fund (ETF) setelah menggunakan logam mulia untuk delapan pekan berturut-turut, aliran terpanjang sejak Januari 2014.
Pembuangan ETF emas tersebut muncul seiring dengan minat pada logam mulia tersebut yang semakin menurun karena dolar Amerika Serikat menguat dan tingginya permintaan ekuitas.
Meskipun harganya menguat pada perdagangan Selasa (17/7), emas masih menuju pelemahan harga untuk keempat kalinya dengan data ekonomi AS yang diprediksi menguat dan adanya ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang membuat investor beralih ke aset berimbal hasil tinggi.
Para trader lebih memilih dolar AS dibandingkan dengan logam mulia yang tak berbunga sebagai pilihan aset haven karena adanya kekacauan geopolitik dan perang dagang antara AS dengan China yang mengguncang pasar.
“Emas diperkirakan akan tetap kekurangan minat hingga The Fed mengeluarkan suku bunganya lagi. Selama The Fed masih mengeluarkan nada hawkish pada kebijakan moneternya, dolar AS akan terus menguat dan emas akan terus anjlok,” ujar John Caruso, Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures, Chicago, dikutip dari Bloomberg, Selasa (17/7/2018).
Berkurangnya permintaan untuk logam mulia tersebut juga memberikan dampak pada ekuitas emas. Perusahaan AngloGold Ashanti Ltd. dan Newcrest Mining Ltd. menjadi perusahaan yang paling merugi dalam indeks pertambangan emas, yang melanjutkan pelemahan sejak Mei lalu.
Baca Juga
Meskipun demikian, masih ada momentum harga emas untuk kembali naik. Analis Citigroup Inc. Ed Morse dan Aakash Doshi mengungkapkan bahwa ada kemungkinan kondisi emas akan berbalik pada waktu mendatang.
“Dengan penguatan dolar AS yang sepertinya masih terus berlanjut, membuat kondisi emas untuk jangka pendek akan tetap seperti saat ini. Nantinya mungkin investor akan kembali tertarik pada emas, terutama apabila friksi perang dagang berjalan semakin jauh dan memberi ancaman lebih besar pada pertumbuhan ekonomi global,” kata Morse dalam laporan resminya, Selasa (17/7/2018).
Tercatat total kepemilkan ETF anjlok menjadi 69,44 juta ounce pada Jumat (13/7), level terendah sejak Maret 2018.