Bisnis.com, JAKARTA -- Pasar yang sempat lesu dalam beberapa pekan akhir kuartal II/2018 tidak menyurutkan minat perusahaan untuk mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia.
Kepala Riset Narada Kapital Kiswoyo Adi Joe menjelaskan, ada beberapa hal yang menjadi faktor tingginya minat IPO pada tahun ini. Salah satunya soal strategi perusahaan dalam menemukan pembeli siaga.
"Ini kan IPO, tapi mereka sudah ada pembeli siaga. Ini biasa dilakukan sebagai salah satu strategi listing. Jadi mereka [emiten] tidak ada masalah. Katakan seandainya indeks terus lemah asal ada pembeli siaga juga aman," katanya di BEI, Kamis (12/7/2018).
Faktor berikutnya menurut Kiswoyo adalah siklus pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Dalam 12 tahun terakhir, kata dia, Juli menjadi salah satu periode di mana indeks selalu bergerak ke zona hijau.
Dia menjelaskan, Desember menjadi periode paling bagus di mana dalam 12 tahun terakhir IHSG selalu positif pada bulan tersebut. Adapun periode terburuk adalah Agustus, di mana biasanya indeks kembali terkoreksi.
"Ini siklusnya seperti itu sejak 2017 hingga 12 tahun ke belakang. Karena indeks sedang hijau, makanya banyak yang memanfaatkan momentum untuk IPO. Kalau tahun depan sudah banyak pertimbangan karena tahun politik," paparnya.
Asumsi Kiswoyo itu tidak berlebihan. Mengutip data BEI, sepanjang tahun ini pencatatan saham banyak terjadi pada Juli. Hingga pertengahan bulan, perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya di bursa mencapai 9 perusahaan.
Ini merupakan jumlah terbanyak jika dihitung per bulan. Jumlah itu berpotensi untuk terus bertambah, mengingat periode Juli baru akan berakhir pada 18 hari ke depan.
Tahun ini, bursa menargetkan jumlah IPO sebanyak 35 perusahaan. Adapun per saat ini, total perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya di pasar modal sebanyak 30 perusahaan, dan yang masih di dalam pipeline sebanyak 14 perusahaan.