Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat menargetkan perkembangan China pada keberaniannya untuk menyaingi manufaktur AS, terdapat penambahan yang ganjil dalam daftar barang yang akan dikenakan tarif baru.
Di dalam daftar itu, terdapat sejumlah hasil teknologi yang pengembangannya masih langka berupa mineral esoteric dengan nama yang tak lazim seperti yttrium dan praseodymium, aplikasi berteknologi tinggi dan masih kelangkaan. Produk-produk tersebut digunakan pada seluruh sektor dari kendaraan hybrid hingga turbin angin dan perangkat militer.
Kuatnya China pada pasokan hasil bumi sangat kuat dan membuat AS serta negara lain pada awal dekade ini dalam Organisasi Dagang Dunia (WTO) memaksa Negeri Tirai Bambu mengekspor bahan tersebut dalam jumlah banyak, bukan dikurangi, setelah harganya naik karena penyusutan pasokan global.
Baca Juga
WTO kemudian mendukung AS, membuat harga bahan langka tersebut turun karena industri mulai bergeser pada bahan alternatif.
Survei Geologi AS menunjukkan bahwa China memproduksi sekitar 80% logam dan senyawa langka dunia pada 2017. Jumlah tersebut menyumbang sekitar 37% pasokan global dan memasok 78% dari keseluruhan jumlahnya ke AS.
Dalam pandangan Trump terhadap logam kobalt, komoditas itu dinilai tengah menghangat karena menjadi bahan penting untuk membuat baterai yang digunakan dalam kendaraan listrik. China memang pengekspor kecil tapi tak bisa disepelekan dalam ekspor kobaltnya ke AS, yang biasa dimanfaatkan dalam mesin jet dan kendaraan luar angkasa.