Bisnis.com, BEKASI—Emiten pengembang kawasan industri PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. mulai menjajaki potensi pengembangan kawasan industri baru di luar kawasan industri utama perseroan selama ini, yakni MM100 di Bekasi, Jawa Barat, dengan target 300–500 hektare.
Yoshihiro Kobi, DIrektur Utama Bekasi Fajar Industrial Estate, mengatakan bahwa perseroan sudah meluncurkan indentitas korporasi yang baru yang kini berorientasi ekspansi, bukan saja di Bekasi seperti selama ini, tetapi juga di luar Bekasi, bahkan di luar Pulau Jawa.
Yoshihiro mengatakan perseroan per kuartal pertama tahun ini masih memiliki total cadangan lahan dengan luas gross 1.055 hektare (ha) dan luas bersih 725 ha. Meskipun cadangan lahan ini masih cukup luas, tetapi perseroan merasa perlu untuk sedini mungkin menyiapkan strategi ekspansi jangka panjang.
“Di Bekasi ini sudah premium, harganya sudah mahal. Kami ingin punya dua produk, satu yang premium dekat Jakarta tetapi harganya tentu tinggi, yang lain jauh dari Jakarta tetapi harganya wajar, cost-nya juga wajar. Jadi, orang bisa pilih,” katanya di Bekasi, Rabu (4/7/2018).
Hal tersebut disampaikannya setelah penandantanganan kerja sama dengan PT Energasindo Heksa Karya (EHK) dalam rangka pembangunan infrastruktur jaringan pipa gas dan pemenuhan pasokan gas bumi untuk kawasan industri MM2100.
Yoshihiro mengatakan, perseroan menargetkan tambahan cadangan lahan antara 300 ha hingga 500 ha dari ekspansi ini. Untuk tahap awal, perseroan akan lebih banyak menyasar akuisisi lahan di Jawa Tengah dan Jawa Barat, tetapi dirinya enggan mengunkapkan lokasi pastinya.
Dia menilai banyak lokasi prospektif di dua provinsi ini yang akan sangat menjanjikan bagi pengembangan kawasan industri di masa mendatang. Setidaknya, ada dua infrastruktur penting yang akan hadir di sana, yakni Bandara Kertajati dan Pelabuhan Patimban.
Meski begitu, perseroan tetap menjajaki peluang akuisisi lahan untuk kawasan industri baru di luar Pulau Jawa juga. Saat ini perseroan masih menghitung total kebutuhan investasi untuk akuisisi dan pengembangan infrastruktur di kawasan baru tersebut.
“Tetapi untuk mulai pertama kita ada dana yang cukup mungkin saat ini sekitar Rp600 miliar hingga Rp700 miliar untuk lahan dan konstruksi infrastruktur. Kita tidak tahu dana ini bisa bebaskan semuanya sekaligus atau nanti harus bertahap [dengan tambahan alokasi investasi],” katanya.
Saat ini perseroan mempersiapkan seluruh proses penyediaan kawasan industri baru ini secara paralel antara pengurusan perizinan dan proses studi lokasi dan akusisi. Bila berjalan lancar, perseroan menargetkan pada 2020 mendatang sudah dapat mulai memasarkan lahan di kawasan industri yang baru selain MM2100.
“Tahun 2020 akan pas timing-nya, karena kita sudah punya pemerintahan baru,” katanya.
Yoshihiro mengatakan perseroan berencana menggandeng mitra baru perseroan, yakni EHK yang baru saja menyepakati kerjasama penyediaan infrastruktur gas di kawasan MM2100 untuk juga ikut menyediakan infrastruktur gas di kawasan industri baru perseroan nantinya.