Bisnis.com, JAKARTA – Emiten industri perakitan dan elektronik PT Sat Nusapersada Tbk. baru saja menandatangani perjanjian kredit investasi dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., sebagai sumber pembiayaan untuk membangun pabrik.
Direktur Utama Sat Nusapersada Abidin menyampaikan perseroan berencana membangun pabrik ke-12, di mana sebagian dari kebutuhan dananya akan dibiayai melalui pinjaman kredit investasi yang diperoleh perseroan dari bank pelat merah itu.
‘’Seiring dengan kebijakan pemerintah untuk mengurangi angka impor ponsel pintar yang didukung dengan peraturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), menyebabkan permintaan ponsel pintar yang diproduksi dalam negeri meningkat,’’ ungkapnya melalui keterbukaan informasi, Selasa (12/6/2018).
Dengan adanya peluang tersebut, emiten dengan kode saham PTSN ini berambisi menangkap peluang pertumbuhan pasar. Sayangnya, Abidin tidak merinci berapa nilai investasi pembangunan pabrik tersebut serta berapa nilai kredit investasi yang berhasil diperoleh perseroan.
Dari transaksi ini, lanjutnya, pembangunan pabrik akan berdampak positif bagi operasional perseroan karena PTSN memperoleh dana yang dapat digunakan untuk melakukan investasi guna mendukung kinerja penjualan di masa yang akan datang.
Di sisi keuangan, pinjaman tersebut akan meningkatkan likuiditas perseroan. Kendati demikian, akan terdapat beban bunga yang harus dibayar setiap bulan.
Pinjaman tersebut pun diyakini akan memperkuat bisnis perseroan pada lini ponsel pintar atau smartphone.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan per 31 Maret 2018, PTSN memiliki total liabilitas senilai US$20,74 juta atau naik dari posisi Desember 2017 yang sebesar US$16,67 juta. Sementara itu, aset perseroan meningkat dari US$67,2 juta menjadi US$71,93 juta.
Di sisi kinerja, pendapatan PTSN tercatat senilai US$22,52 juta atau tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sekitar US$20,97 juta. Adapun laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$660.668, jauh lebih baik dari posisi kuartal I/2017 yang rugi US$242.352.