Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Ditopang Data Pekerjaan AS, Harga Minyak Lanjut Turun

Pergerakan bursa saham Asia pekan ini diperkirakan akan diawali dengan pijakan yang lebih kuat pasca rilis data pekerjaan AS yang memperkuat optimisme atas negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Ilustrasi bursa Asia
Ilustrasi bursa Asia

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan bursa saham Asia pekan ini diperkirakan akan diawali dengan pijakan yang lebih kuat pasca rilis data pekerjaan AS yang memperkuat optimisme atas negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS yang dirilis Jumat (1/6/2018) waktu setempat menunjukkan data nonfarm payroll (NFP) naik 223.000 dan tingkat pengangguran turun ke level terendah pada 3,8%. Angka ini menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja yang semakin mengetat.

Adapun Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan kenaikan upah di AS solid, sehingga membuat potensi kenaikan suku bunga AS bulan ini semakin pasti sekaligus meningkatkan ekspektasi penaikan sebanyak empat kali tahun ini.

Meski demikian, bayang-bayang perang dagang masih menghantui pasar, dengan China memperingatkan akan menarik diri dari komitmennya terkait perdagangan jika Presiden AS Donald Trump memberi ancaman terpisah untuk mengenakan tarif pada negara itu.

Dilansir dari Bloomberg, Senin (4/6), pergerakan mata uang stabil setelah dolar AS naik untuk pekan ketujuh. Sementara itu, imbal hasil Treasury 10-tahun mengakhiri pekan di posisi 2,9% saat investor mengalihkan perhatian mereka pada laju kenaikan suku bunga The Fed.

Di sisi lain, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) memperpanjang penurunannya seiring peningkatan output AS yang membayangi penurunan tak terduga dalam hal stok. Para pedagang juga fokus pada apakah Arab Saudi dan Rusia akan meningkatkan produksi mereka.

Kementerian Energi Rusia mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk meningkatkan produksi minyak dalam beberapa bulan ke depan, menuju level yang terakhir dicapai sebelum kebijakan pemangkasan produksi global, apabila kebijakan tersebut jadi dibatalkan.

Pekan lalu, Arab Saudi sebagai pimpinan organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) dan Rusia telah mendiskusikan untuk mendorong produksi hingga 1 juta barel per hari untuk memberikan kompensasi pada kekurangan pasokan dari Venezuela dan mengatasi kekhawatiran atas dampak sanksi AS terhadap produksi Iran.

Harga minyak mentah WTI dikabarkan lanjut turun 0,1% ke level US$65,73 per barel, setelah melorot 1,8% menjadi US$65,81 per barel pada akhir perdagangan Jumat (1/6), menambah penurunan harga sebanyak 5% pada pekan lalu. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro