Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Kian Lesu, IHSG Anjlok Lebih dari 2% di Akhir Sesi I

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari dua persen pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (3/5/2018).
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari dua persen pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (3/5/2018).

IHSG anjlok 2,33% atau 139,87 poin ke level 5.872,37 di akhir sesi I, setelah dibuka turun 0,37% atau 22,08 poin di level 5.990,16. Adapun pada perdagangan Rabu (2/5), IHSG berakhir menguat 0,29% atau 17,64 poin di level 6.012,24.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.867,79 – 5.996,49. Sebanyak 51 saham menguat, 324 saham melemah, dan 202 saham stagnan dari 577 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Seluruh sembilan indeks sektoral IHSG menetap di zona merah dengan tekanan utama sektor tambang (-3,73%), konsumer (-2,70%), properti (-2,48%), dan finansial (-2,42%).

Sejumlah saham perbankan menjadi penekan utama IHSG pada akhir sesi I, yakni BBCA (-2,62%), BBRI (-2,79%), dan BMRI (-3,13%).

“Serangkaian faktor negatif seperti pelemahan rupiah, ketidakpastian dari pernyataan The Fed, serta hasil dari lelang obligasi pemerintah yang lebih rendah dari ekspektasi merugikan sentimen dalam pasar ekuitas hari ini,” ujar Evan Hadiwidjaja, kepala riset di Sinarmas Sekuritas.

Nilai tukar rupiah hari ini lanjut melemah 27 poin atau 0,19% ke Rp13.975 per dolar AS pada pukul 11.42 WIB, level terendah sejak Januari 2016 sekaligus pelemahan untuk perdagangan hari keempat berturut-turut.

Dilansir Bloomberg, rupiah melemah dengan dana global terus menjual obligasi dan saham di Indonesia saat penguatan dolar AS mendorong aliran modal keluar.

“Bank Indonesia akan memastikan likuiditas rupiah dan valas yang cukup di pasar di tengah volatilitas,” terang Gubernur Agus Martowardojo kepada awak media hari ini.

BI disebutnya akan terus memantau pergerakan rupiah serta mendiskusikan masalah volatilitas dalam rapat kebijakan dewan gubernur pada 16-17 Mei untuk memutuskan suku bunga acuan.

Sementara itu menurut mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, BI perlu mengetatkan kebijakan moneter untuk melindungi rupiah jika AS menaikkan suku bunga lebih dari tiga kali tahun ini

“BI harus menaikkan suku sebesar 25 basis poin jika The Fed melakukan penaikan sebanyal empat kali tahun ini,” ujar Chatib Basri, seperti dikutip Bloomberg.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro