Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah bergerak ke atas US$68 per barel di tengah pedagang menimbang dampak dari KTT Korea Utara—Korea Selatan dan kesepakatan Nuklir Iran.
Terpantau, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan Jumat (27/4) pukul 17.42 WIB melemah 0,17 poin atau 0,25% menjadi US$68,02 per barel di New York Merchantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan ialah 6% di bawah rata—rata 100 hari.
Pada waktu yang sama, harga minyak Brent turun 0,18 poin atau 0,24% menuju US$74,56 per barel di ICE Futures Europe yang berbasis di London.
Dilansir dari Bloomberg, pergerakan harga minyak telah bergerak melampaui US$68 per barel seiring dengan investor menimbang dampak dari potensi penarikan Amerika Serikat (AS) dari kesepakatan nuklir Iran dan pertemuan bersejarah antara presiden Korea Utara dan Korea Selatan setelah sepanjang 7 dekade saling memusuhi.
Presiden Perancis Emmanuel Macron pada awal pekan ini memperkirakan Presiden AS Donald Trump akan keluar dari perjanjian Iran, sementara Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan keputusan penarikan belum dibuat.
Minyak pada bulan ini telah menyentuh level tertinggi dalam lebih dari 3 tahun karena spekulasi adanya potensi pecahnya kesepakatan nuklir yang ditandatangani oleh Iran. Kesepakatan itu telah mencabut sanksi pada Iran dan memungkinkannya untuk meningkatkan produksi minyak sekitar 1 juta barel per hari (bph).
Investor juga mengamati persediaan global di tengah tanda—tanda adanya pemangkasan produksi oleh negara—negara anggota pengekspor minyak (OPEC) dan sekutunya yang terus diupayakan, kendati output minyak shale AS terus melonjak hingga mendekati output minyak produsen utama dunia Rusia.
“Harga minyak tidak akan jatuh secara signifikan sampai pertanyaan tentang sanksi baru Iran telah diselesaikan,” kata Carsten Fritsch, analis di Commerzbank AS di Frankfurt.
Diskusi di kalangan pemerintah AS masih berlangsung terkait kesepakatan nuklir. AS diberi waktu hingga 12 Mei untuk memutuskan apakah akan menghentikan perjanjian nuklir dengan Iran dan menerapkan kembali sanksi terhadapnya.