Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yen Terus Loyo, Indeks Topix & Nikkei 225 Kikis Pelemahan

Bursa saham Jepang mampu mengikis pelemahannya pada perdagangan hari ini, Rabu (25/4/2018), ditopang berlanjutnya depresiasi nilai tukar yen untuk hari keenam berturut-turut yang mendorong prospek untuk eksportir, termasuk produsen mobil.
Bursa Jepang Topix/Reuters
Bursa Jepang Topix/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Jepang mampu mengikis pelemahannya pada perdagangan hari ini, Rabu (25/4/2018), ditopang berlanjutnya depresiasi nilai tukar yen untuk hari keenam berturut-turut yang mendorong prospek untuk eksportir, termasuk produsen mobil.

Indeks Topix dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,62% atau 10,94 poin di level 1.758,81, dan berakhir turun hanya 0,11% atau 2,02 poin di level 1.767,73.

Dari 2.059 saham pada indeks Topix, 1.071 saham di antaranya menguat, 879 saham melemah, dan 109 saham stagnan.

Saham Takeda Pharmaceutical Co. Ltd. dan Komatsu Ltd. yang masing-masing melemah 7,03% dan 3,36% menjadi penekan utama terhadap koreksi Topix pada perdagangan hari ini.

Adapun indeks Nikkei 225 hari ini berakhir turun 0,28% atau 62,80 poin di level 22.215,32, setelah dibuka dengan pelemahan 0,72% atau 159,50 poin di posisi 22.118,62.

Sebanyak 123 saham menguat, 92 saham melemah, dan 10 saham stagnan dari 225 saham pada indeks Nikkei.

Saham FANUC Corp. yang melorot 1,55% menjadi penekan utama terhadap pergerakan Nikkei, diikuti Tokyo Electron Ltd. (-2,02%) dan Daikin Industries Ltd. (-2,92%).

Di sisi lain, nilai tukar yen hari ini terpantau lanjut melemah 0,31% atau 0,34 poin ke posisi 109,15 per dolar AS pada pukul 13.56 WIB, setelah berakhir terdepresiasi 0,09% di posisi 108,81 kemarin. Yen telah melemah untuk hari keenam berturut-turut.

Sementara itu, alat pengukur saham yang berkaitan dengan otomotif mampu beringsut menguat setelah sempat melemah, dengan Toyota Motor Corp. memberi dorongan terbesar. Di sisi lain, saham teknologi menjadi penekan terbesar pada indeks acuan Jepang.

“Kenaikan imbal hasil jangka panjang AS tidak semuanya buruk, karena mengarah ke yen yang lebih lemah dan dolar yang lebih kuat,” kata Naoki Kamiyama, chief strategist untuk Nikko Asset Management Co.

“Itu bagus untuk Jepang dimana ada banyak eksportir, sehingga memungkinkan pasar ekuitas mengurangi pelemahan," lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper