Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia sebagai salah satu produsen utama bijih nikel global diperkirakan akan menaikkan jumlah ekspor menjadi 2 kali lipat pada tahun ini dibanding tahun sebelumnya seiring dengan bertambahnya pembangunan smelter.
Berdasarkan keterangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, ekspor bijih nikel dari Indonesia diperkirakan akan melonjak menjadi 10 juta ton pada tahun ini, 2 kali lipat dari total pengiriman pada tahun lalu sebesar 5 juta ton di tengah rencana penambang untuk meningkatkan produksinya.
“Banyak penambang yang telah mengajukan izin ekspor saat mereka mengembangkan pembangunan smelter,” kata Bambang Gatot Ariyono, direktur jenderal mineral dan batu bara, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (19/4/2018).
Bambang menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen pada aturan bahwa jika mereka (penambang) membangun smelter, mereka akan diizinkan pula untuk mengekspor.
Sebagai informasi, Indonesia telah menjadi negara pemasok bijih nikel teratas dunia sebelum penghentian ekspor yang dicanangkan pada 2014 di tengah pengembangan industri peleburan dalam negeri.
Berkaitan dengan lonjakan harga nikel yang terjadi akhir-akhir ini, Bambang mengatakan bahwa hal tersebut akan memberi keuntungan bagi pendapatan negara kendati pergerakan harga dinilai tidak akan bertahan lama akibat dorongan dari politik eksternal dan bukan disebabkan karena kondisi ekonomi yang membaik.
Adapun, tercatat harga nikel dunia kontrak teraktif April 2018 di London Metal Exchange (LME) ditutup melesat 1.060 poin atau 7,46% menjadi US$15.275 per ton pada penutupan perdagangan Rabu (18/4), level tertinggi dalam 3 tahun. Secara year-to-date (ytd), harga telah tumbuh 19,71%.