Bisnis.com, JAKARTA—Naiknya peringkat surat utang pemerintah Indonesia oleh Moody’s Investor Service, tidak otomatis menaikkan peringkat korporasi milik pemerintah. Meski peringkat sejumlah korporasi negara telah dinaikkan, Moody’s masih mempertahankan peringkat beberapa korporasi.
Tiga korporasi milik negara yang dipertahankan peringkatnya oleh Moody’s yakni PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM).
Adapun, Moody’s pekan lalu telah menaikkan sovereign rating atau peringkat pemerintah selaku penerbit serta surat utang negara pada Baa2 dari sebelumnya Baa3. Outlook direvisi dari positif menjadi stabil.
Moody’s menegaskan kembali peringkat Pelindo III selaku penerbit serta surat utang senior tanpa jaminan pada Baa3, dan ba1 untuk baseline credit assessment-nya.
Spencer Ng, Wakil Presiden dan Analis Senior Moody, mengatakan bahwa Pelindo III tidak terpengaruh oleh peningkatan sovereign rating Indonesia dan outlooknya pun tetap stabil.
"Peringkat dan outlook Pelindo III tidak terpengaruh oleh peningkatan sovereign. Ini karena peringkat Pelindo III sudah terinkorporasi peningkatan satu notch yang mencerminkan peran penting maritimnya di Indonesia, dan harapan kami akan kemungkinan kuat dukungan dari pemerintah jika diperlukan" kata Ng. Moodys’s berpendapatan, peningkatan satu notch sudah cukup bagi Pelindo III.
Baca Juga
Bagi dua korporasi lainnya, Moody's mempertahankan peringkat penerbit Baa1 bagi TLKM dan peringkat keluarga perusahaan Ba2 WIKA. Outlook untuk kedua peringkat ini adalah stabil.
Nidhi Dhruv, Wakil Presiden dan Analis Senior Moody, mengatakan bahwa peringkat TLKM saat ini sudah satu notch di atas sovereign rating Indonesia dan mencerminkan kekuatan kreditnya secara mandiri.
“Peringkat tersebut mencerminkan posisi perusahaan sebagai operator telekomunikasi terintegrasi terbesar di Indonesia dan profil operasional dan keuangan yang mencerminkan perusahaan dengan tingkat layak investasi yang kuat," kata Nidhi.
Namun, peringkat TLKM juga dibatasi oleh strategi akuisisi yang berkembang, paparannya terhadap lingkungan operasi yang kompetitif di Indonesia, dan risiko intervensi dari Pemerintah Indonesia, mengingat saham TLKM mayoritas dimiliki oleh negara.
Sementara itu, peringkat WIKA ditegaskan di Ba2 dengan outlook stabil karena peringkat WIKA sudah mengalami peningkatan dua tingkat dari posisi b1 baseline credit assessment-nya.
Maisam Hasnain, Analis Moody's, mengatakan Moody’s memandang WIKA akan mendapat dukungan yang bersifat moderat dari pemerintah Indonesia pada saat dibutuhkan dalam keadaan luar biasa. Dengan demikian, upgrade peringkat negara tidak secara otomatis menghasilkan peningkatan peringkat WIKA.
"Baseline credit assessment b1 WIKA terus mencerminkan posisi pasar terdepan sebagai salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia, dengan rekam jejak yang mapan dalam menyelesaikan proyek besar, dengan buku pesanan yang cukup besar yang memberikan pendapatan yang baik dan visibilitas arus kas," tambah Hasnain.