Bisnis.com, JAKARTA – PT Barito Pacific Tbk. memperkuat bisnis energi geothermal melalui akuisisi 66,67% saham Star Energy Group Holdings Ptd. Lte., yang transaksinya diharapkan selesai pada 26 Juni 2018. Terhitung mulai Juli 2018, perusahaan energi panas bumi tersebut akan berda di bawah payung Grup Barito Pacific.
Setelah menjadi anak usaha, kontribusi perusahaan tersebut pada pendapatan perusahaan ditargetkan data setara dengan kontribusi anak usaha Barito Pacific sektor petrokimia yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.. Tahun lalu, Chandra Asri menyumbang hingga 98% terhadap pendapatan Barito Pacific.
Direktur Utama Barito Pacific Agus Salim Pangestu mengungkapkan dari sisi EBITDA, besaran Star Energy mendekati Chandra Asri. Adapun, Barito Pacific memiliki 41,51% saham perusahaan petrokimia terbesar nasional tersebut.
“Mulai 1 Juli nanti, kami akan absorb pendapatan dari Star Energy, dari kepemilikan saham 66,67% itu. Jika dalam periode satu tahun penuh, kontribusi Star Energy dan Chandra Asri akan berimbang,” ungkap Agus usai Rapat Umum Pemegang Saham, Rabu (11/4/2018).
Agus menyampaikan perusahaan belum memiliki rencana ekspansi lain, dan akan fokus merampungkan proses akuisisi Star Energy. Emiten dengan kode saham BRPT tersebut bahkan secara khusus menempuh rights issue dengan target dana US$1 miliar, di luar alokasi belanja modal (capex) yang sebesar US$400 juta.
Direktur Barito Pacific Henky Susanto menyampaikan perseroan akan menggunakan US$755 juta dari dana hasil rights issue tersebut untuk melunasi akuisisi Star Energy, sedangkan sisanya akan digunakan untuk operasional perusahaan maupun anak usaha.
“Secara total, nilai pembeliannya US$755 juta. Star Energy memang memiliki kebutuhan sendiri namun mereka sudah memiliki dana yang cukup untuk membiayai,” ungkap Henky.
Sejauh ini, perusahaan telah melakukan roadshow ke sejumlah Negara seperti SIngapura, Jepang, Hong Kong, dan Amerika Serikat untuk memasarkan saham. Dari nilai akuisisi US$755 juta, US$520 juta di antaranya diserap dari pendiri perusahaan yaitu Prajogo Pangestu yang telah melakukan transaksi inbreng, sedangkan 29% sisanya yang akan dilempar ke publik.