Bisnis.com, JAKARTA—Emiten perkebunan PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memperkirakan volume produksi minyak kelapa sawit pada 2018 cenderung sama seperti realisasi tahun sebelumnya.
Presiden Direktur Astra Agro Lestari Santoso menyampaikan, fluktuasi harga CPO memengaruhi kinerja operasional. Oleh karena itu, agak sulit memprediksi kinerja keuangan seperti pendapatan dan laba bersih.
“Kami perkirakan volume produksi sama seperti 2017. Tetapi kami tentunya mengharapkan dapat meningkat,” ujarnya, Selasa (10/4/2018)
Pada 2017, perusahaan menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) sejumlah 5,22 juta ton, naik 7,18% year on year (yoy) dari sebelumnya 4,87 juta ton. Adapun, produksi CPO meningkat 4,91% yoy menuju 1,63 juta ton dari 2016 sebesar 1,55 juta ton.
Pada kuartal I/2018, dia memerkirakan pendapatan AALI menurun secara yoy akibat penurunan produksi dan harga pada Januari—Februari 2018. Untungnya, pada Maret 2018 harga dan volume produksi mulai meningkat,
“Kami harapkan peningkatan ini akan berlanjut. Pada 2017 siklusnya [produksi] tinggi di kuartal I, kemudian turun terus sampai awal 2018. Harapannya mulai Maret 2018 tren meningkat sampai akhir tahun,” paparnya.
Baca Juga
Untuk memacu ekspansi, perusahaan menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp1,8 triliun—Rp2 triliun. Sumber dana berasal dari kas internal.
Alokasi terbesar digunakan untuk pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Kalimantan Selatan dan penambahan lahan produktif seluas 4.000—5.000 hektare (ha). Perusahaan juga berencana melakukan replanting 8.000 ha, dengan rincian 5.000 ha lahan milik sendiri dan 3.000 ha milik petani.
AALI saat ini memiliki lahan tertanam kelapa sawit seluas 291.900 ha yang tersebar di 8 kota/ kabupaten. Kebun inti perseroan mencapai 228.300 ha, sedangkan sisanya merupakan kebun plasma.
Menurut Santoso, perusahaan masih memiliki areal kebun dengan tanaman yang belum menghasilkan sekitar 20.000 ha. Alokasi capex terbesar setiap tahunnya akan diperuntukkan bagi kebun tersebut agar menjadi produktif.
Sementara itu, pengembangan PKS berkapasitas 45 ton per jam di Kalimantan Selatan diperkirakan rampung pada akhir 2018, sehingga operasionalnya dapat dimulai pada awal tahun depan. Keberadaan pabrik baru membuat total PKS AALI mencapai 32 buah dengan kapasitas pengolahan 1.560 ton per jam.