Bisnis.com, JAKARTA - Produk kontrak investasi kolektif berbentuk dana investasi real estat (DIRE) masih belum mampu menarik investor. Akibatnya, manajer investasi menunda peluncuran produk alternatif ini.
PT Mandiri Manajemen Investasi misalnya, yang pada awal tahun sempat berencana untuk menerbitkan DIRE. Namun perseroan menunda penerbitan produk tersebut karena masih belum mendapat kepastian dari investor.
"Untuk DIRE sepertinya masih lama. Kami juga masih menganalisa supaya secara komersial bisa menarik untuk investor," kata Direktur Pemasaran dan Produk PT Mandiri Manajemen Investasi Endang Astharanti kepada Bisnis.com, Kamis (5/4/2018).
Awalnya, perusahaan pelat merah ini akan menerbitkan DIRE dengan nilai sekitar Rp400 miliar hingga Rp500 miliar. Adapun jenis properti yang akan dimasuki oleh perseroan adalah mall yang berada di luar DKI Jakarta, dengan pertimbangan harga yang lebih menarik.
Namun belakangan, perseroan justru lebih fokus untuk mengerjakan produk alternatif lainnya yakni reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) proyek infrastruktur serta kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA).
Mandiri Investasi menargetkan nilai KIK EBA bisa mencapai Rp2 triliun pada tahun ini. Tahun lalu, perseroan juga meluncurkan produk sekuritisasi bernama KIK EBA Mandiri JSMR01-Surat Berharga Pendapatan Tol Jagorawi (KIK EBA Mandiri JSMR01) dengan nilai Rp2 triliun.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Bisnis, baru-baru ini Mandiri Investasi juga telah menyiapkan produk RDPT proyek ruas tol Trans Jawa, yang rencananya berbasis ekuitas, bukan surat utang. Asty juga mengatakan bahwa perseroan akan fokus pada dua produk alternatif ini.
"Memang yang kami sedang kembangkan saat ini adalah RDPT infrastruktur dan KIK EBA. Mungkin dua produk ini yang akan launching lebih dahulu," jelasnya.
Strategi serupa juga diambil oleh PT MNC Asset Management. CEO MNC Asset Management Frery Kojongian mengatakan perseroan memang melakukan kajian untuk menerbitkan produk reksa dana alternatif termasuk DIRE.
Namun peluncuran produk tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Saat ini, MNC masih mengandalkan produk konvensional seperti reksa dana terproteksi serta produk yang berdenominasi dollar Amerika Serikat.
"DIRE tetap kami kaji. Tapi saat ini kami maksimalkan untuk bermain di reksa dana terproteksi dan dollar AS, serta produk di reksa dana pasar uang," kata dia.
Dalam waktu dekat, perseroan memang akan meluncurkan produk baru namun bukan reksa dana alternatif. Produk tersebut adalah Exchange Traded Fund (ETF). Ini merupakan produk reksa dana ETF pertama yang diluncurkan oleh MNC Asset Management.
"Ini untuk investor terutama institusi, karena mereka menginginkan produk yang stabil dan reksa dana ETF biasanya stabil," ujarnya.
Hingga saat ini, minat manajer investasi terhadap DIRE memang masih terbatas. Tercatat hanya PT Reliance Manajer Investasi yang telah memiliki izin efektif untuk produk jenis ini.
Jenis properti yang akan dimasuki oleh perseroan adalah apartemen yang dikembangkan oleh PT Multi Artha Griya. Adapun nilai dari produk reksa dana ini mencapai Rp210 miliar.
"Kami sudah mendapatkan izin efektif untuk DIRE ini dan akan diterbitkan dalam satu atau dua bulan," kata Direktur Utama PT Reliance Manajer Investasi Edwin Teintang, belum lama ini.