Bisnis.com, JAKARTA—Bursa Efek Indonesia mengejar penyelesaian tiga isu strategis utama tahun ini untuk menciptakan pasar modal yang lebih dalam dan berkualitas.
Tito Sulistio, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, mengatakan bahwa ketiga hal tersebut yakni, pertama, pembentukan perusahaan securities financing. Ini bertujuan untuk memperkuat permodalam para broker dan menambah jumlah dana beredar di pasar.
Saat ini, PT Pendaan Efek Indonesia sudah dibentuk tetapi belum beroperasi efektif. Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun sudah menjanjikan agar regulasi tentang security financing bisa terbit tahun ini beserta struktur dan kewenangan PEI.
Kedua, membuka perusahaan efek daerah untuk meningkatkan sebaran dan pendalaman pasar modal Indonesia. Perusahaan efek lokal ini diharapkan didirikan oleh pengusaha dari daerah yang memang mengenal situasi ekonomi dan potensi investor di daerah.
Perusahaan efek lokal ini bukan berupakan perusahaan efek anggota bursa yang memiliki saham Bursa Efek Indonesia. Namun, mereka dapat menjalankan fungsi broker dengan berinduk pada salah satu perusahaan efek anggota bursa.
Ketiga, percepatan siklus penyelesaian transaksi saham dari T+3 atau hari ketiga setelah transaksi menjadi T+2 atau hari kedua setelah transaksi. Percepatan ini diharapkan bisa meningkatkan likuiditas perdagangan di bursa.
“Secara teknis sebenarnya aturan security financing bisa lebih cepat selesai. Membuka perusaan efek daerah menurut saya paling penting, tetapi ada beberapa hal teknis yang menjadi kendala. Misalnya, perusahaan daerah itu tidak akan mampu kalau harus beli sistem untuk back office,” katanya, Selasa (27/3/2018).