Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Rebound di Tengah Penguatan Mayoritas Mata Uang Asia

Nilai tukar rupiah rebound dan berakhir menguat pada perdagangan hari ini, Senin (26/3/2018), di tengah apresiasi mayoritas mata uang di Asia terhadap dolar AS.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah rebound dan berakhir menguat pada perdagangan hari ini, Senin (26/3/2018), di tengah apresiasi mayoritas mata uang di Asia terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup menguat 0,32% atau 44 poin di Rp13.738 per dolar AS, setelah dibuka dengan apresiasi tipis 2 poin atau 0,01% di posisi Rp13.780 per dolar AS. Adapun pada perdagangan Jumat (23/3), rupiah berakhir melemah 0,20% atau 27 poin di posisi 13.782.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.738 – Rp13.783 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang di Asia menguat terhadap dolar AS, di antaranya ringgit Malaysia dan renminbi China yang masing-masing terapresiasi 0,6%. Di sisi lain, yen Jepang dan dolar Hong Kong masing-masing melemah 0,31% dan 0,01% pada pukul 17.25 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melemah 0,25% atau 0,226 poin ke level 89,210 pada pukul 17.15 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,04% atau 0,034 poin di level 89,470, setelah pada perdagangan Jumat (23/3) berakhir melemah 0,47% atau 0,421 poin di posisi 89,436.

The Wall Jurnal Street mengabarkan bahwa China dan AS diam-diam mulai bernegosiasi untuk meningkatkan akses Amerika ke pasar China, mengutip sumber terkait.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan kepada Fox News bahwa ia berharap dua negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut akan mencapai kesepakatan untuk menghindari perang dagang.

“Tampaknya pasar tidak mengharapkan perang dagang penuh terjadi, dan perang mata uang untuk keunggulan kompetitif bukanlah pilihan kemungkinan untuk saat ini, ”kata Ken Cheung, seorang pakar strategi FX Asia di Mizuho Bank di Hong Kong, seperti dikutip Bloomberg.

Menurut Qi Gao, pakar strategi mata uang Scotiabank, level 13.800 saat ini berperan sebagai level resistance bagi dolar AS terhadap rupiah.

“Namun, kami mengingatkan bahwa rupiah tetap rentan terhadap ketidakpastian eksternal termasuk meningkatnya perselisihan perdagangan AS-China,” lanjut Qi Gao.

Menurut Stephen Innes, head for Asia Pacific di Oanda Corp., dari perspektif defisit transaksi berjalan saat ini, rupiah dan peso Filipina tetap sangat rentan, sedangkan baht Thailand dan ringgit Malaysia tetap relatif terlindung dari tekanan perang dagang, mengingat transaksi berjalan yang lebih kuat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper