Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Hati-hati Jelang Rilis Data Inflasi AS, Bursa Asia Variatif

Pelaku pasar ekuitas di Asia cenderung bersikap hati-hati pada perdagangan pagi ini, Selasa (13/3/2018), menyusul pelemahan pada sejumlah indeks saham di Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin.
BUrsa Asia/Reuters
BUrsa Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku pasar ekuitas di Asia cenderung bersikap hati-hati pada perdagangan pagi ini, Selasa (13/3/2018), menyusul pelemahan pada sejumlah indeks saham di Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin.

Indeks Topix Jepang turun 0,5% pada pukul 9.06 pagi waktu Tokyo (pukul 07.06 WIB), sedangkan indeks S&P/ASX 200 di Australia turun 0,3% dan indeks Kospi Korea Selatan bergerak flat.

Sementara itu, indikator indeks S&P 500 dilaporkan turun kurang dari 0,1% pagi ini. Pada perdagangan Senin (12/3), indeks S&P 500 turun 0,13% atau 3,55 poin di 2.783,02 dan indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,62% atau 157,13 poin di level 25.178,61.

Dilansir Bloomberg, S&P 500 tergelincir dalam semalam setelah membukukan reli terbesar dalam lima pekan pada sesi perdagangan sebelumnya, didorong oleh laporan data pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan.

Indeks S&P 500 dan Dow Jones berakhir di zona merah pada perdagangan Senin, setelah rencana pengenaan tarif yang telah ditandatangani menjadi undang-undang oleh Presiden Donald Trump pekan lalu membebani industri.

Di sisi lain, imbal hasil AS bertenor 10 tahun berada di posisi 2,87% setelah lelang obligasi pada Senin yang sesuai dengan ekspektasi.

Investor selanjutnya menantikan rilis data inflasi dan penjualan retail AS demi mendapatkan petunjuk arah laju pengetatan suku bunga oleh The Fed. Inflasi IHK diperkirakan naik menjadi 2,2% pada Februari.

Rilis data ekonomi berikutnya adalah laporan produksi industri, penjualan ritel, dan investasi aset tetap China untuk memberi petunjuk terhadap arah pasar pekan ini.

Indikator ekonomi China tersebut diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang melambat, menurut prediksi Bloomberg Economics.

Kabar politik juga tetap menjadi fokus setelah Presiden Donald Trump mengeluarkan sebuah perintah eksekutif yang menghalangi Broadcom Ltd. untuk mengakuisisi Qualcomm Inc.

Langkah ini membenamkan pengambilalihan senilai US$117 miliar yang mendapat pengawasan ketat atas ancaman kesepakatan tersebut terhadap keamanan nasional AS.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro