Bisnis.com, JAKARTA – Emiten produsen keramik, PT Intisari Alamasri Industri Tbk. menyetop seluruh produksi keramiknya pada tahun ini. Perseroan akan menempuh peremajaan pabrik dan akan mengimpor keramik untuk mengisi aktivitas penjualan.
Dalam 3 tahun terakhir, pendapatan perusahaan terus tergerus karena permintaan sektor properti yang lesu, tidak dapat bersaing dengan keramik impor dari China, dan kenaikan biaya produksi. Untuk itu, perusahaan menganggarkan Rp5 miliar tahun ini untuk mengimpor keramik unpolished dari negara lain.
Presiden Direktur PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk. Yohas Raffli menyampaikan bahwa ada beberapa jenis produk yang lebih efisien diimpor bahkan setelah memperhitungkan biaya logistik, dibanding jika keramik tersebut diproduksi di dalam negeri.
“Ada competitive advantage jika barang [keramik] jenis tersebut diproduksi di negata lain, biaya produksinya lebih efisien. Mesin kami yang ada sudah cukup bagus sehingga kami akan fokus pada produk-produk yang lebih complicated,” ungkap Yohas di Jakarta, Senin (5/3/2018).
Yohas mengungkapkan banjirnya impor keramik China mengganggu profit perseroan dalam 3 tahun terakhir. Di China, keramik diproduksi dengan bahan baku dan fasilitas produksi yang lebih efisien. Produksi perseroan seperti homogeneous tile dan beberapa produk polished.
Kendati demikian, perseroan menyebut proses impor hanya merupakan strategi perseroan dalam jangka pendek. Tahun ini, perusahaan berencana mendapatkan pendapatan dari impor sambil menunggu peremajaan pabrik.
Baca Juga
Adapun, Yohas mengatakan perusahaan menganggarkan belanja modal sebesar Rp14 miliar pada semester II/2018 untuk proses peremajaan pabrik di sisi hilir. Yohas mengatakan pabrik-pabrik di sisi hulu masih dapat beroperasi dengan baik dengan mesin-mesin efisien.
“Kami juga bersinergi dengan beberapa perusahaan asing untuk bisa memperbaiki proses produksi pada anak usaha kami INKA [PT Internusa Keramik Alamasri]. Kami akan investasi untuk automasi di pabrik terutama untuk proses boxing,” kata Yohas.
Adapun, dengan akuisisi beberapa perusahaan properti, perseroan menargetkan pendapatan INKA dapat mencapai Rp140 miliar pada tahun ini, dan Rp180 miliar pada tahun depan. Pada 2018, INKA ditargetkan dapat meraup laba Rp24 miliar, dan naik menjadi Rp36 miliar tahun depan.
Berdasarkan laporan keuangan unaudited perusahaan yang dipublikasikan di situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp13,33 miliar sepanjang 2017 lalu. Nilai tersebut anjlok lebih dari lima kali lipat dari capaian pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp83,77 miliar.