Bisnis.com, JAKARTA - Banyak hal yang memengaruhi kinerja PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. pada 2018. Salah satu isu yang selalu mengintai adalah wacana kenaikan tarif cukai rokok. Dengan proyeksi penjualan tahun ini yang stagnan, masih patutkah saham produsen rokok tersebut dikoleksi?
Selama Januari—September 2017, HM Sampoerna membukukan penjualan bersih senilai Rp72,29 triliun atau hanya meningkat 2,8% dibandingkan dengan capaian pada periode sama tahun sebelumnya yang senilai Rp70,27 triliun.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (23/2), saham emiten dengan kode HMSP tersebut mengalami penurunan 20 poin atau 0,42% ke level Rp4.710 per saham. Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang tahun berjalan, saham HMSP mengalami koreksi sebesar 0,42%.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Akhmad Nurcahyadi mengungkapkan, volume penjualan HMSP cenderung flat pada 2017 lalu, dengan laporan pada kuartal IV/2017 mengalami kenaikan 2,9% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya dan hanya naik 1,3% secara year on year.
Beberapa faktor yang memengaruhi kinerja penjualan HMSP pada tahun ini yaitu penerapan cukai rokok vape, rencana kenaikan cukai rokok, dan dominasi SKM (sigaret kretek mesin) sekaligus penguasaan pasar yang semakin terdiversifikasi.
“Tahun ini kami memproyeksikan volume penjualan akan kembali turun menjadi 304,5 miliar batang. Dari sisi pangsa pasar, HMSP sempat jatuh ke level 33% pada 2017, dibandingkan dengan 33,4% untuk full year 2016,” ungkap Akhmad melalui riset baru-baru ini.
Baca Juga
Akhmad mengatakan memang ada faktor lain yang dapat mengerek optimisme penjualan seperti beberapa event nasional tahun ini yang secara langsung akan meningkatkan jumlah uang beredar di pasar.
Kendati demikian, Samuel Sekuritas menilai reli saham HMSP telah mendorong valuasinya menjadi semakin premium dengan tingkat gain dalam satu tahun terakhir mencapai 31,43%.
Untuk itu, Akhmad merekomendasikan sell untuk saham HMSP, dengan target price dapat menyentuh Rp4.390 dari rata-rata saat ini Rp4.700. Harga saham perseroan telah melampaui kenaikan target price Samuel yang sebesar 10%.
Sementara itu, Analis PT Danareksa Sekuritas Natalia Susanto mencatat harga produk HMSP seperti Marlboro dan U Mild mengalami kenaikan sekitar 11% (yoy) pada Januari 2018.
“Keputusan tersebut [menaikkan harga produk] merupakan upaya HMSP untuk dapat mengantisipasi kenaikan cukai rokok yang diprediksikan terjadi tahun ini,” ungkap Natalia.
Danareksa mengambil posisi neutral untuk saham emiten tersebut, dengan target price sebesar Rp4.400. (Dara Aziliya)