Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak global naik pada akhir perdagangan Jumat (23/2/2018) (Sabtu pagi WIB), didukung oleh penurunan produksi Libya dan komentar-komentar positif dari Arab Saudi bahwa upaya yang dipimpin OPEC untuk mengurangi persediaan sedang bekerja.
Patokan internasional, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, naik 0,92 dolar AS menjadi ditutup pada 67,31 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak Brent membukukan kenaikan mingguan kedua kalinya berturut-turut, naik 3,6 persen.
Sementara itu, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan April, naik 0,78 dolar AS menjadi menetap di 63,55 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI mencatat kenaikan mingguan 3,1 persen, juga kenaikan kedua berturut-turut.
Minyak mentah "rebound" dari kerugian awal setelah penutupan ladang minyak El Feel di Libya, yang menghasilkan 70.000 barel minyak mentah per hari. Produksi di anggota OPEC ini telah berjalan sekitar satu juta barel per hari, meskipun tetap berfluktuasi akibat kerusuhan.
"Libya melakukan penutupan lagi," kata John Kilduff, mitra pada manajer investasi Again Capital di New York. "Pasar ini telah diuntungkan dari serangkaian hal seperti itu selama beberapa bulan terakhir, apakah itu Keystone, Laut Utara, dan sekarang ini." Harga juga didukung oleh komentar-komentar dari Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih, yang mengatakan bahwa pasar minyak sedang melakukan penyeimbangan kembali dan bahwa dia memperkirakan persediaan akan terus menurun tahun ini.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lainnya termasuk Rusia, sepakat untuk mengurangi produksi sekitar 1,8 juta barel per hari mulai Januari 2017, menghapus hampir dua persen pasokan global dari pasar, untuk mengakhiri kelebihan pasokan yang telah memicu kejatuhan harga minyak.
OPEC ingin mengurangi persediaan yang dimiliki oleh negara-negara industri ke tingkat rata-rata lima tahun mereka.
Pada Kamis (22/2), data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS secara tak terduga turun 1,6 juta barel pekan lalu. Stok minyak mentah di pusat pengiriman minyak berjangka AS di Cushing, Oklahoma, turun 2,7 juta barel pekan lalu.
"Tingkat persediaan sedang turun, di AS juga," kata Kilduff. "Itulah mengapa sekarang ada narasi 'bullish' di seputar pasar saat ini." Meningkatnya produksi AS telah menghambat upaya-upaya OPEC untuk mengurangi pasokan. Produksi AS naik ke level tertinggi sejak 1970-an pada akhir 2017, dan pada akhir 2018 diperkirakan mencapai 11 juta barel per hari.
Ekspor minyak mentah AS sedang meningkat bersama produksinya. Data EIA pada Kamis (22/2/2018) menunjukkan ekspor minyak mentah AS melonjak menjadi di atas dua juta barel per hari, mendekati rekor 2,1 juta pada Oktober.
"Produksi minyak yang kuat di AS akan terus membatasi kenaikan harga," kata Abhishek Kumar, analis energi senior di Interfax Energy Global Gas Analytics di London.