Bisnis.com, JAKARTA—Emiten pertambangan minyak dan gas PT Ratu Prabu Energy Tbk., (ARTI) mengungkapkan salah satu alasan perseroan ingin membangun proyek kereta api ringan atau LRT ialah melesunya lini bisnis utama.
Direktur Utama ARTI Burhanuddin Bur Maras menungkapkan bahwa sejak 2016 bisnis migas mengalami kelesuan seiring dengan fluktuasi harga komoditas. Padahal lini bisnis ini merupakan tumpuan utama pendapatan perusahaan.
“Bisnis migas sudah melesu 2 tahun terakhir. Tapi ketika migas turun, kami juga mengandalkan pendapatan dari properti,” tuturnya, Senin (12/2/2018).
Berdasarkan laporan keuangan ARTI per kuartal III/2017, perusahaan mengantongi pendapatan bersih senilai Rp169,94 miliar, turun 3,69% year on year (yoy) dari sebelumnya Rp169,19 miliar.
Bisnis penyewaan properti menyumbang Rp64,46 miliar, sedangkan selebihnya berasal dari jasa konsultan perminyakan, penyewaan rig dan alat, serta jasa lainnya sejumlah Rp98,48 miliar.
Menurut Bur Maras, perusahaan memiliki dua aset properti sewa yakni Gedung Ratu Prabu 1 dan Gedung Ratu 2 yang berlokasi berdekatan di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, Gedung Ratu Prabu 1 memiliki 10 lantai dengan luas bangunan 5.800 m2 dan luas tanah 5.084 m2. Adapun, Gedung Ratu Prabu 2 memiliki 14 lantai dengan luas bangunan 42.616 m2 dan luas tanah 21.502 m2.
Kendati demikian, ekspansi ARTI ke pengembangan LRT tidak serta merta disebabkan lesunya bisnis migas. Perusahaan sudah melakukan kajian pembangunan fasilitas transportasi itu selama 5 tahun.
Bur Maras menambahkan, ARTI hanya baru mengandalkan dua properti eksisting untuk menambah pendapatan karena rencana suntikan modal dari Northcliff Capital Pte Ltd tidak jadi dilakukan.
“Enggak jadi mereka [suntik modal]. Alasannya dana mereka juga enggak ada,” ungkapnya.