Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penghuni Indeks LQ45 Dirombak, Ini Kata Dirut BEI

Untuk menjaga likuiditas indeks LQ45, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mendepak dua emiten properti dan dua perkebunan, diganti menjadi dua emiten pertambangan, serta petrokimia dan konstruksi.
Karyawan berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/1)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/1)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Untuk menjaga likuiditas indeks LQ45, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mendepak dua emiten properti dan dua perkebunan, diganti menjadi dua emiten pertambangan, serta petrokimia dan konstruksi.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengatakan, dalam 3 tahun terakhir, perusahaan tambang telah berhasil melakukan efisiensi dan bertahan di tengah pelemahan komoditas. Dia mengatakan, harga komoditas dalam tren meningkat dan juga membawa harga saham perbankan naik.

“Perubahan LQ45, dilihat dari likuiditas sahamnya,” ungkapnya di Jakarta, Kamis (25/1/2018).

Adapun saham-saham yang keluar dari perhitungan indeks LQ45 yakni PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) dan PT PP Properti Tbk. (PPRO) dan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA).

Sementara itu, emiten yang masuk dalam indeks LQ45 adalah PT Indika Energy Tbk. (INDY), PT Chandra Asra Petrochemical Tbk. (TPIA), PT Trada Alam Minera Tbk. (TRAM) dan PT Waskita Beton Precast Tbk. (WSBP). Dari empat emiten pendatang baru di LQ45, hanya tiga emiten yang memiliki price earning ratio positif.

Tiga emiten tersebut adalah INDY, TPIA dan WSBP masing-masing memiliki PER sebanyak 16,12 kali, 25,69 kali dan 11,76 kali, sedangkan TRAM memiliki PER negatif 105,33 kali.

Sepanjang 2018, indeks LQ45 telah tumbuh 3,56% menuju level 1.117. Kinerja indeks LQ45 sepanjang tahun ini memang lebih rendah dibandingkan dengan kinerja IHSG yang sudah tumbuh 4,09%.

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia Muhamad Alfatih memproyeksikan, harga saham TRAM untuk jangka panjang bisa mencapai Rp340—Rp400 di level resistance, dan level support sekitar Rp276—Rp240 per saham.

Alfatih pun memproyeksikan harga saham INDY bisa menembus all time high pada 2010. Secara teoritis, dia memproyeksikan INDY berpotensi mencapai Rp10.000 per saham. Menurutnya, sebelum mencapai level tertinggi tersebut, tidak menutup kemungkinan terjadi koreksi.

Adapun, level support INDY menurut Alfatih adalah Rp3.600 per saham. Bila INDY terkoreksi melampaui level support, katanya, maka ada kemungkinan perubahan arah tren.

“Salah satu penyebabnya [penaikan saham INDY] adalah tingginya harga harga batu bara dan ada aksi korporasi seperti penambahan porsi kepemilikan di Kideko,” ungkap Alfatih kepada Bisnis.com.

Dari sisi teknikal, Alfatih juga memproyeksikan, harga saham TPIA untuk level resistance terdekat di level Rp7.400 dan Rp8.350 per saham, sedangkan level support mencapai Rp5.275 per saham dan Rp4.250 per saham.

Alfatih juga memproyeksikan harga saham resistance WSBP ada dikisaran Rp540 per saham dan support pada level Rp460 per saham. Menurutnya, proyeksi level support yang disampaikan dapat menjadi masukan bagi investor untuk menghitung risiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper