Bisnis.com, JAKARTA - Rio Tinto melaporkan penambahan pengiriman bijih besi sebanyak 10 juta ton tahun ini dengan nilai US$780 juta.
Pada 2017, perusahaan pertambangan asal Australia itu mengirim 330,1 juta ton seiring dengan naiknya harga bijih besi sebesar 20% ke level US$64,8. Kenaikan harga didukung oleh tingginya permintaan dari industri baja China.
Dilansir dari Reuters, Selasa (16/1/2018), peningkatan harga membantu perusahaan tambang terbesar kedua dunia itu mengerek pendapatan. Rio diproyeksi membukukan pendapatan senilai US$8,5 miliar pada 2017, tumbuh 85%.
Perusahaan itu juga menargetkan produksi sebanyak 330 juta-340 juta ton bijih besi dari tambang terbarunya, Silvergrass di Australia. Tambang tersebut menghasilkan sekitar 2 juta ton bijih besi pada 2017 dan pada kapasitas puncaknya nanti diperkirakan mampu memproduksi 10 juta ton setahun.
"Bisnis berjalan dengan baik di kuartal IV/2017 dan 2017 berakhir sesuai panduan di semua produksi utama," ungkap Chief Executive Rio Tinto Jean-Sebastien Jacques.
Pada kuartal terakhir 2017, pengiriman bijih besi perseroan naik 3% menjadi 90 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka itu juga menunjukkan pertumbuhan 5% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Untuk komoditas lainnya, Rio membidik produksi tembaga sebanyak 510.000-610.000 ton dan 225.000-265.000 ton tembaga olahan. Adapun produksi aluminium ditargetkan mencapai 3,5 juta-3,7 juta ton.
Tahun lalu, perusahaan mengalami penurunan produksi tembaga sebanyak 9% dan aluminium terpangkas 1%.