Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia naik seiring dengan perhitungan jumlah rig pengeboran AS yang lebih rendah, namun harga masih di bawah level tertinggi yang sempat dicapai pada pekan lalu.
Terpantau, pada perdagangan Senin (8/1/2018) pukul 09.42 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,18 poin atau 0,29% menjadi US$61,62 per barel di New York Merchantile Exchange.
Angka itu masih dekat dengan level tertinggi Mei 2015 sebesar US$62,21 per barel yang telah dicapai pada pekan lalu.
Adapun, harga minyak Brent menguat 0,13 poin atau 0,19% menuju US$67,75 per barel di ICE Europe Futures yang berbasis di London. Brent mencapai level tertinggi pada pekan lalu di US$68,27 per barel, tertinggi sejak Mei 2015.
Seperti dilansir Reuters, para trader mengatakan bahwa kenaikan tersebut disebabkan oleh penurunan jumlah rig pengeboran AS untuk produksi baru. Berdasarkan data Baker Hughes, jumlah rig pengeboran AS turun 5 rig menjadi 742 rig pada pekan yang berakhir pada 5 Januari 2018.
Kendati demikian, Energi Information Administration (EIA) memperkirakan produksi bisa menembus 10 juta barel per hari (bpd) segera, terutama berkat peningkatan output dari pengebor serpih.
Meningkatnya produksi AS menjadi faktor utama yang melawan penurunan produksi yang dipimpin oleh Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutunya yang dimulai pada Januari lalu dan berlanjut hingga akhir 2018.
“Perdebatan OPEC vs shale akan berkobar. Tahun ini menjadi faktor pendorong utama harga,” kata Stephen Inner, kepala perdagangan untuk Asia/Pasifik untuk Oanda di Singapura.
Innes menambahkan bahwa gejolak di Timur Tengah juga akan tetap menjadi fokus utama pasar minyak yang berpotensi melonjakkan harga minyak lebih tinggi.