Bisnis.com, JAKARTA—Di tengah jatuhnya harga sahamnya sejak awal bulan ini, laporan kinerja keuangan PT Rimo International Lestari Tbk. pada kuartal ketiga tahun ini pun mengundang pertanyaan.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, pendapatan perseroan pada periode sembilan bulan tahun ini mencapai Rp247 miliar. Nilai ini melonjak 2.644% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp9,16 miliar.
Hal ini tidak mengherankan sebab emiten dengan kode saham RIMO ini telah banting stir pada awal tahun ini dari semula bergerak di bidang ritel pakaian, kini di bidang properti melalui backdoor listing PT Hokindo Properti Investama, perusahaan properti miliki pengusaha Benny Tjokrosaputro.
Namun, menariknya, bila dibandingkan dengan catatan penjualan perseroan pada periode semester pertama tahun ini, pendapatan RIMO pada kuartal ketiga tahun ini sejatinya hanya Rp5,43 miliar. Di sisi lain, catatan beban pokok penjualan pada kuartal ketiga justru bertambah Rp101 miliar.
Kepada otoritas Bursa, manajemen RIMO menjelaskan bahwa kenaikan pendapatan yang sangat tipis pada kuartal ketiga ini terjadi karena RIMO hanya merealisasikan penjualan 1 unit apartemen.
Di sisi lain, peningkatan beban pokok penjualan yang tinggi terjadi lantaran karena perseroan menyesuaikan laporan keuangan perseroan dengan laporan keuangan dari perusahaan kerjasama operasi (KSO).
KSO yang dimaksud yakni antara entitas anak RIMO yakni PT Duta Regency Karunia (DKR) dengan PT Metropolitan Kuningan Properti (MKP). Tujuan KSO adalah untuk pengembangan unit-unit bangunan hunian dan/atau non hunian di atas tanah proyek serta sarana dan prasarana pendukung lainnya.
Dalam KSO itu, RIMO melalui DKR menguasai 83% saham dan menjadi pemilik atas tanah seluas 12.428 m2 yang terletak di Jalan Denpasar Raya Kav. 5-7, Karet Kuningan, Setiabudi, DKI Jakarta.
KSO tersebut hanya melaporkan pendapatan Rp288 miliar per 30 September 2017, meningkat hanya Rp3,5 miliar dibandingkan posisi 30 Juni 2017. Namun, beban pokoknya bertambah Rp121 miliar menjadi Rp173 miliar. RIMO melalui DRK membukukan bagian 83% dari laporan tersebut.
Manajemen perseroan mengakui bahwa memang ada kekeliruan data beban pokok pendapatan. Seharusnya belum ada pembebanan dan pengakuan pendapatan karena masih disajikan sebagai bangunan dalam penyelesaian.
Dalam catatan laporan keuangan perseroan tentang persedian, perseroan melaporkan persediaan tanah DRK mencapai 11.871 m2 di Karet Kuningan, DKI Jakarta dengan nilai pasar Rp668 miliar.