Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KACA LEMBARAN : Asahimas Siap Bangun Pabrik Baru

PT Asahimas Flat Glass Tbk. akan segera menutup lagi satu pabrik produksi kaca lembarannya yang berlokasi di Ancol, Jakarta Utara, berkapasitas 120.000 ton/tahun. Sebagai gantinya, dibangun pabrik baru berkapasitas 210.000 ton/tahun di Cikampek-Purwasari, Jawa Barat senilai Rp796,8 miliar.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—PT Asahimas Flat Glass Tbk. akan segera menutup lagi satu pabrik produksi kaca lembarannya yang berlokasi di Ancol, Jakarta Utara, berkapasitas 120.000 ton/tahun.

Sebagai gantinya, dibangun pabrik baru berkapasitas 210.000 ton/tahun di Cikampek-Purwasari, Jawa Barat senilai Rp796,8 miliar.

Emiten dengan kode saham AMFG ini semula memiliki dua pabrik di Ancol, tetapi belakangan satu pabrik telah ditutup pada 18 Oktober 2016 lalu, yakni Tungku F-4.

Penutupan pabrik di Ancol dilakukan karena adanya rencana perubahan tata kota berdasarkan Perda DKI Jakarta 1/2014 tentang RDTR dan Peraturan Zonasi.

Sebagai gantinya, perseroan sudah membangun pabrik baru dengan kapasitas 210.000 ton/tahun di kawasan Indotaisei Kecamatan Cikampek dan Kecamatan Purwasari, Jawa Barat, yang disebut sebagai Tungku C-1.

Perseroan akan menutup lagi satu pabrik yang tersisa di Ancol, yakni Tungku F-3 kapasitas 120.000 ton/tahun dan menggantinya dengan pabrik baru yang bersebelahan dengan Tungku C-1, yakni Tungku C-2.

Pabrik baru ini pun akan memiliki kapasitas yang sama dengan Tungku C-1 yakni 210.000 ton/tahun, atau lebih tinggi dibandingkan pabrik yang ditutup di Ancol. Perseroan sudah menyiapkan lahan untuk lokasi pabrik baru tersebut sejak 2011

Manajemen perseroan mengungkapkan, perseroan berencana melengkapi tungku yang baru tersebut dengan mesin-mesin yang dapat memproduksi kaca lembaran ramah lingkungan.

Perseroan menggunakan teknologi baru dari Asahi Glass Co. Ltd. (AGC), yakni pemegang saham utama perseroan dengan kepemilikan 43,86%.

“Perseroan menggunakan teknologi baru dari AGC Group yang dapat memproduksi kaca dengan spesifikasi tertentu dalam rangka mengantisipasi permintaan kaca dalam negeri maupun ekspor terhadap produk kaca yang ramah lingkungan,” ungkap manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi, Jumat (6/10/2017).

Sebagai pemilik teknologi sekaligus pemegang saham utama perseroan, masukan AGC akan menjadi pertimbangan perseroan dalam menentukan kontraktor pembangunan pabrik C-2.

Selain itu, untuk memproduksi kaca dengan spesifikasi khusus, perseroan wajib menggunakan mesin-mesin termasuk instalasi dari kelompok usaha AGC.

Atas dasar itu, pada 16 Juli 2017 lalu perseroan dan AGC telah menandatangani perjanjian awal perencanaan pembangunan pabrik kaca lembaran di Cikampek. Transaksi pembelian mesin-mesin dan instalasinya ini mencapai JPY6,64 miliar atau setara Rp796,8 miliar dengan asumsi kurs Rp120 per JPY1.

AGC memberikan fasilitas dana talangan pembayaran kepada perseroan dengan dikenakan bunga sebesar TIBOR 6 bulan ditambah 50 bps per tahun dengan memperhitungkan jumlah terutang.

Jangka waktu pembayaran bunga per tahun dan pembayaran pokok terhutang maksimal selama 9 tahun.

Dengan begitu, dana kas perseron untuk sementara dapat digunakan sepenuhnya untuk membayar kontraktor di luar kelompok usaha AGC.

Alhasil, pelaksanaan pembangunn pabrik C-2 tidak menyebabkan peningkatn atau penurunan kinerja operasional perseroan dikarenakan tidak adanya perubahan pos-pos laba-rugi perseroan.

Transaksi ini tergolong ke dalam transaksi afiliasi, mengingat AGC adalah pemegang saham utama perseroan. Nilai transaksi tersebut setara dengan 23% dari total ekuitas perseroan per 30 Juni 2017 yang senilai Rp3,53 triliun.

Pabrik C-2 akan mulai dibangun pada kuartal keempat ini dengan jangka waktu pengerjaan sampai dengan 22 bulan, atau hingga semester kedua 2019. Pabrik ini selain akan meningkatkan kapasitas produksi perseroan, juga akan memodernisasi teknologi atas tungku-tungku yang telah dioperasikan oleh perseroan.

Manajemen mengungkapkan, bila perseroan membangun pabrik C-2 dengan pihak lain atau bukan dengan AGC, perseroan tidak akan bisa memproduksi kaca sesuai merek dagang yang hanya bisa dihasilkan oleh teknologi khusus AGC.

Padahal, perseroan memiliki perjanjian lisensi dengan AGC dan membayar royalti sebesar 0,5% sampai dengan 2% dari jumlah penjualan bersih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper