Bisnis.com, JAKARTA—Harga logam industri kompak mengalami penguatan seiring dengan bertumbuhnya ekonomi China yang meningkatkan prospek kenaikan permintaan.
Analis Barclays Dane Davis menuturkan, harga logam menguat akibat dorongan data makro ekonomi China. Terkini, pasar menunggu rilis neraca perdagangan periode Juli 2017 pada Selasa (8/8/2017).
“Di luar data ekonomi China, kebijakan seperti pembatasan impor scrap tembaga membuat harga logam terlihat bullish,” tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (8/8/2017).
Pada penutupan perdagangan Senin (7/8/2017), harga aluminium di London Metal Exchange (LME) naik 53,50 poin atau 2,80% menjadi US$1.964 per ton. Sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), harga tumbuh 16,01%.
Harga tembaga dalam waktu yang sama menguat 42 poin atau 0,66% menuju US$6.414 per ton. Secara ytd, harga menguat 15,87%.
Sementara itu, harga seng naik 46 poin atau 1,64% menjadi US$2.858 per ton. Secara ytd harga tumbuh 10,95%.
Harga nikel menguat 150 poin atau 1,46% menuju US$10.400 per ton. Sepanjang tahun berjalan harga naik 3,79%.
Adapun logam timbal stagnan di level US$2.600 per ton. Secara ytd harga tumbuh 17,08%, tertinggi di antara logam lainnya.
Logam timah naik 90 poin atau 0,44% menuju US$20.600 per ton. Namun, harga masih turun 2,49% secara ytd.