Bisnis.com, JAKARTA—Mayoritas logam industri di London Metal Echange (LME) mengalami penguatan seiring kuatnya faktor fundamental.
Direktur Kingdom Futures Malcolm Freeman menyampaikan, dua logam yang mengalami kondisi defisit pasokan di pasar logam ialah timbal dan seng.
“Keduanya menunjukkan kenaikan hargam defisit pasokan,” tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (25/7/2017).
Hal tersebut ditunjukkan oleh kinerja impor seng China pada Juni 2017 sebesar 41.713 ton, naik 25% dari bulan sebelumnya dan 28% dari Juni 2016.
Pada penutupan perdagangan Senin (24/7/2017), logam seng naik 34,50 poin atau 1,25% menuju US$2.788 per ton. Secara year to date (ytd), harga naik 8,23%.
Adapun timbal meningkat 20,50 poin atau 0,92% menuju US$2.260 per ton. Sepanjang tahun berjalan, harga menguat 12,08%. Kedua tertinggi di antara logam lainnya.
Harga nikel meningkat 260 poin atau 2,73% menjadi US$9.780 per ton. Namun, harga merosot 2,40% secara ytd. Freeman berpendapat logam nikel akan reli di atas support kuat US$9.800 seiring dengan meningkatnya permintaan.
Selain itu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menegaskan bakal menaikkan pajak pertambangan bila perusahaan tidak patuh terhadap standar keselamatan lingkungan. Filipina merupakan eksportir nikel terbesar ke China.
Sementara itu, di London Metal Exchange (LME), harga timah turun 70 poin atau 0,35% menjadi US$20.155 per ton. Secara ytd harga masih terkoreksi 4,59%, terendah di antara logam lainnya.
Adapun tembaga meningkat 23 poin atau 0,38% menuju US$6.027 per ton. Sepanjang tahun berjalan harga naik 8,88%.
Logam aluminium turun 3 poin atau 0,16% menuju US$1.912 per ton. Secara ytd, harga naik 12,94%, tertinggi di antara logam lainnya.