Bisnis.com, JAKARTA — Volume pengolahan biji kakao di Eropa pada kuartal II/2017 mencapai level tertinggi dalam 6 tahun terakhir.
Pada penutupan perdagangan Senin (10/7/2017) harga kakao di ICE Futures New York kontrak September 2017 turun 34 poin atau 1,82% menjadi US$1.838 per ton. Harga merosot dalam 4 sesi berturut-turut. Sepanjang tahun berjalan harga melemah 15,29%.
Menurut median survey Bloomberg yang melibatkan 10 responden mencakup pedagang, penggiling, dan pialang menunjukkan konsumen terbesar di dunia itu pada kuartal II/2017 mengolah 334.717 ton biji kakao. Angka ini naik 3% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Bila survei Bloomberg terealisasi, angka 334.717 ton merupakan volume penggilingan terbesar sejak kuartal II/2011. European Cocoa Association (ECA) yang bermarkas di Brussel, Belgia sendiri akan merilis data resmi pada Rabu (12/7/2017).
Analis Rabobank International Ltd Carlos Mera mengatakan margin industri pengolahan kakao terlihat lebih baik. Oleh karena itu, rilis data ECA akan menjadi suatu hal yang menarik.
Industri pengolahan mendulang keuntungan, dibantu oleh harga kacang dan biji kakao yang lebih rendah. Keduanya merupakan bahan kunci dan menyumbang sekitar 20% dari sebatang cokelat.
Tahun lalu, harga kakao anjlok lebih dari 40% karena pasokan global melampaui tingkat permintaan. Menurut International Cocoa Organization surplus kakao pada musim 2016-2017 mencapai 382.000 ton.
Sebagai informasi, perhitungan musim kakao dimulai Oktober dan berakhir pada September tahun berikutnya. Artinya, awal musim berada di kuartal keempat setiap tahunnya.