Bisnis.com, JAKARTA—Harga logam menguat seiring dengan membaiknya data manufaktur China yang mengindikasikan prospek peningkatan permintaan.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (30/6/2017), Michael McCarthy, Chief Market Strategist CMC Markets Asia Pacific, mengatakan membaiknya data manufaktur China memberikan sentimen positif terhadap harga logam. Selain itu, pasar terbantu oleh pelemahan indeks dolar AS ke level terendah Oktober 2016 dan penguatan yuan.
Data manufaktur China atau manufacturing purchasing manager’s index (PMI) periode Juni 2017 naik ke level 51,7. Angka ini melampaui estimasi konsensus sebesar 51.
Pencapaian tersebut juga meningkat dari Mei 2017 di posisi 51,2. Level 50 menunjukkan adanya ekspansi. Hal ini memberikan sentimen positif terhadap harga komoditas, terutama logam dasar.
Pada penutupan perdagangan Kamis (28/6/2017) di London Metal Exchange (LME), harga timah naik 580 poin atau 2,98% menjadi US$20.025 per ton. Namun, secara year to date (ytd) harga masih terkoreksi 5,21%.
Sementara itu, harga aluminium meningkat 19 poin atau 1% menuju US$1.915 per ton. Sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), harga menguat 13,11%.
Dalam waktu yang sama, logam timbal naik 18 poin atau 0,78% menuju US$2.314 per ton. Secara ytd, harga naik 14,75 %.
Nikel juga menguat 20 poin atau 0,22% menjadi US$9.290 per ton. Secara ytd, harga merosot 7,29%.
Tembaga menghijau 59 poin atau 1% menuju US$5.940 per ton. Sepanjang tahun berjalan harga naik 7,31%.
Sementara itu, seng naik 21,50 poin atau 0,79% menjadi US$2.755 per ton. Harga tumbuh 6,97% secara ytd.