Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah harga logam mengalami peningkatan karena investor memanfaatkan pelemahan dolar AS. Hal ini membuat mereka seolah membeli dengan harga yang lebih murah, terutama bagi investor yang menggunakan mata uang lain.
Pada perdagangan Rabu (28/6/2017), dolar AS ditutup merosot 0,304 poin atau 0,40% menuju 96,010. Ini merupakan level terendah sejak Oktober 2016. Pelemahan greenback terjadi akibat penolakan senat terhadap rancangan UU Kesehatan yang diajukan Donald Trump.
Momentum tersebut membuat harga logam mayoritas menghijau, yang dipimpin oleh timah. Pada penutupan perdagangan Rabu (28/6/2017) di London Metal Exchange (LME), harga timah naik 165 poin atau 0,86% menjadi US$19.445 per ton. Namun, secara year to date (ytd) harga masih terkoreksi 7,95%.
Sementara harga aluminium meningkat 13 poin atau 0,69% menuju US$1.896 per ton. Sepanjang tahun berjalan, harga menguat 11,99%.
Dalam waktu yang sama, logam timbal naik 10 poin atau 0,44% menuju US$2.296 per ton. Secara ytd, harga naik 13,86 %.
Nikel juga menguat 10 poin atau 0,11% menjadi US$9.270 per ton. Secara ytd, harga merosot 7,49%.
Tembaga menghijau 23 poin atau 0,39% menuju US$5.881 per ton. Sepanjang tahun berjalan harga naik 6,24%.
Sementara itu, seng menjadi satu-satunya logam dasar di LME yang melemah. Seng terkoreksi 13 poin atau 0,47% menjadi US$2.734 per ton. Namun, harga tumbuh 6,13% secara ytd.