Bisnis.com, JAKARTA - Harga kakao melanjutkan tren penurunan seiring dengan proyeksi bertambahnya suplai dari Pantai Gading sebagai produsen utama di pasar dunia.
Pada perdagangan Rabu (19/4/2017) pukul 18:27 WIB, harga kakao di ICE Futures New York kontrak Juli 2017 turun 3 poin atau 0,16% menjadi US$1.913 per ton. Angka ini menunjukkan harga terkoreksi 9,6% sepanjang tahun berjalan.
Sebelumnya pada penutupan perdagangan Selasa (18/4/2017), harga kakao merosot 11 poin atau 0,57% menuju US$1.916 per ton.
Menurut survei Bloomberg, di Pantai Gading bagian barat daya dan tengah, hujan besar berlangsung sampai Minggu (16/4/2017) dan sempat menyebabkan banjir.
"Situasi saat ini sudah kembali normal dan pasokan akan bertambah," papar survei, Rabu (19/4/2017).
Sementara itu, perusahaan riset Hightower Report dalam publikasinya menyampaikan, sampai pasar mendapatkan data pengolahan biji kakao di Asia dan Amerika Utara, harga kakao kemungkinan mengalami peningkatan dalam waktu dekat.
"Dalam jangka pendek harga akan berada di atas support US$1.891 dan level resistance US$1.961," paparnya.
Menurut median survei Bloomberg lainnya yang melibatkan tujuh responden mencakup analis dan pelaku usaha, aktivitas pengolahan biji cokelat di Asia pada kuartal I/2017 bertumbuh 10% year on year (yoy). Perkiraan peningkatan berkisar antara 2%-22%.
Volume pengolahan meningkat menjadi 163.802 ton dari kuartal I/2016 sejumlah 148.911 ton. Namun, angka tersebut menurun dibandingkan 188.493 ton pada kuartal IV/2016.