Bisnis.com, JAKARTA—Lippo Malls Indonesia Retail Trust atau LMIR Trust membukukan pendapatan SGD188.066 sepanjang 2016, tumbuh 8,7% dibandingkan capaian 2015 senilai SGD173.004.
Secara umum, LMIR Trust membukukan kinerja positif tahun lalu. Berdasarkan publikasi LMIR Trusts yang terbit pekan lalu, pendapatan bersih dari lini bisnis properti tumbuh 8,4% menjadi SGD171.860 dari sebelumnya SGD158.565 pada 2015.
Dengan capaian tersebut, LMIR Trust membukan pendapatan yang dapat didistribusikan sebesar SGD95.468, atau tumbuh 11,6% dibandingkan 2015 yang sebesar SGD85.553. Nilai distribusi per unit dengan demikian adalah 3,41 sen dollar Singapura dengan tingkat distribution yield 9,2%.
Sepanjang tahun lalu, Manajemen berhasil menambah area sewa baru seluas 55.855 m2, atau sekitar 6,6% dari total luas sewa bersih dari portofolio LMIR Trust seluas 851.850 m2. Manajemen juga berhasil meningkatkan rental reversion rate sebesar 7% melalui upaya proaktif untuk menarik tenant.
“Rata-rata portofolio LMIR Trust memiliki tingkat okupansi 94,3%, atau di atas rata-rata tingkat okupansi industrinya yang sebesar 85,4% menurut riset Cushman & Wakefield,” ungkap Manajemen, dikutip Minggu (16/4/2017).
Saat ini, total nilai aset yang ditangani Manajemen mencapai SGD1,94 miliar. Aset LMIR Trust terdiri atas 20 mal ritel dan 7 ruang ritel untuk kelas menengah hingga atas. Aset-aset tersebut tersebar di Jabodetabek, Bandung, Medan, Palembang dan Bali.
Baca Juga
Manajemen LMIR Trust mengungkapkan, kinerja yang memuaskan tahun lalu tidak terlepas dari kondisi makro ekonomi Indonesia yang lebih baik dibandingkan rata-rata global. Perekonoian Indonesia berhasil tumbuh 5%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi global yakni 2,6%.
Indonesia diuntungkan oleh tingginya konsumsi rumah tangga, reformasi struktural dan fiskal, serta stabilisasi harga komoditas tahun lalu.
Indonesia juga relatif tidak terlalu terpengaruh oleh ketidakpastian dan gangguan yang melanda ekonomi global, sebab perekonomian Indonesia lebih ditopang oleh konsumsi domestik yang besar, sekitar 55% dari GDP.