Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2016, Rugi Bumi Resources Mineral Melambung 632,75%

Belum dimulainya operasi produksi pada tiga aset pertambangan utama, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) mencatatkan peningkatan rugi bersih yang cukup signifikan sepanjang tahun lalu.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com,  JAKARTA – Belum dimulainya operasi produksi pada tiga aset pertambangan utama, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) mencatatkan peningkatan rugi bersih yang cukup signifikan sepanjang tahun lalu.

Anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tersebut, sepanjang 2016 mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$315,45 juta atau meningkat 632,75% dari US$43,05 juta pada 2015.

Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia, Selasa (21/3/2017), menunjukkan pendapatan perseroan juga tergerus signifikan, yakni terpangkas 82,65% menjadi US$2,17 juta pada 2016 dari US$12,51 juta pada 2015.

Manajemen perseroan menjelaskan dalam laporan tersebut, pos pendapatan tersebut diperoleh dari jasa penasehat pemasaran yang dilakukan oleh anak usaha mereka Bumi Resources Japan Company Limited terhadap Mitsubishi Corporation RtM Japan Ltd.

Dari jasa pemasaran batubara untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 perseroan meraup pendapatan sebesar sebesar US$1,17 juta. Sementara, jasa pemasaran batu bara tersebut pada 2015 menghasilkan pendapatan sebesar US$12,51.

Namun, pada 2016, BRMS memperoleh tambahan pos pendapatan dari jasa penasehat pemasaran yang dilakukan perseroan terhadap PT Petromine Energy Trading untuk memasarkan produknya. Melalui jasa penasehat pemasaran tersebut, perseroan meraup pendapatan sebesar US$1 juta.

Padahal, perseroan telah mampu menekan beban usaha sebesar 62,71% dari US$13,89 juta pada 2015 menjadi US$5,18 pada 2016. Hanya saja, minimnya pendapatan usaha membuat rugi usaha perseroan pada 2016 tercatat sebesar US$3,01 juta.

Pada pos beban lain-lain dalam laporan keuangan 2017 terdapat penurunan nilai aset sebesar US$660,26 juta, sedangkan pada 2015 pos ini nihil. Pos ini pada akhirnya mendorong rugi sebelum pajak melonjak 557,09% menjadi US$515,88 juta pada 2016 dari US$78,51 juta pada 2015.

Pos itu termasuk dalam Catatan 8 yang dalam laporan keuangan 2016 dijelaskan sebagai penjualan kepemilikan PT Multi Daerah Bersaing di PT Newmont Nusa Tenggara yang dijual pada 2 November 2016.

Dalam keterangan terpisah di Bursa Efek Indonesia yang dipublikasikan Selasa (21/3/2017), Direktur BRMS Fuad Helmy mengungkapkan perubahan lebih dari 20% atas pos total aset dan pos kewajiban pada laporan tahunan 2016, terutama disebabkan oleh realisasi pengalihan saham pada entitas anak serta penurunan pinjaman perseroan.

Kendati kinerja pada 2016 merosot, Bisnis mencatat induk usaha mereka yakni BUMI kini tengah menjajaki pembicaraan dengan dua investor dari Australia dan Afrika Selatan untuk mengembangkan aset BRMS di Gorontalo dan Palu.

Direktur Utama BUMI Ari S. Hudaya mengatakan anak usaha BUMI yakni BRMS saat ini tengah melakukan fase persiapan pengembangan tambang di ketiga aset utama mereka. Dia mengungkapkan saat ini perizinan sudah hampir selesai dan tinggal menunggu izin kontruksi dari pemerintah.

Setelah proses perizinan selesai, lanjutnya, kontruksi ditargetkan dimulai pada semester II tahun ini, atau usai Juni, khususnya untuk di dua aset BRMS yakni PT Gorontalo Minerals dan PT Citra Palu Minerals.

Namun demikian, pihaknya hingga kini masih berdiskusi dengan sejumlah investor terkait metode penambangan yang akan diterapkan, karena besarnya belanja modal akan sangat tergantung dari metode tersebut.

“Untuk copper dan gold kita masih diskusi dengan investor dari Australia, dan satu dari Afrika Selatan. Ada dua scheme, melalui epc, jadi mereka yang akan build dan operate, atau melalui joint financing,” katanya.

Skema inilah yang saat ini dibahas bersama investor. Skema dan kebutuhan pendanaan sangat bergantung dari pemilihan metode panambangan. Dari data cadangan, lanjutnya, aset Gorontalo Minerals lebih cocok untuk dikembangkan menggunakan tambang terbuka, sedangkan untuk aset Citra Palu dan PT Dairi Prima Mineral lebih cocok untuk dikembangkan menggunakan tambang bawah tanah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper