Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HD Capital Ingin Beralih Ke Investasi Sektor Komoditas Tambang

PT HD Capital Tbk. berencana untuk menjajaki investasi ke sektor komoditas pertambangan setelah menimbang sentimen bisnis sektor properti belum cukup baik dan membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk bisa membukukan keuntungan.nn
Ilustrasi.Bisnis
Ilustrasi.Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — PT HD Capital Tbk. berencana untuk menjajaki investasi ke sektor komoditas pertambangan setelah menimbang sentimen bisnis sektor properti belum cukup baik dan membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk bisa membukukan keuntungan.

Antony Kristanto, Former President Director HD Capital (HADE) mengatakan, semula perseroan memang telah secara serius mengumumkan keinginan masuk dalam bisnis investasi properti setelah mendivestasikan anak usahanya PT Hasta Dana Sekuritas Indonesia kepada KGI Capital Asia Limited pada pertengahan tahun lalu.

HADE telah melepas kepemilikan 99% saham di anak usaha itu, atau setara 49.500 saham kepada perusahaan jasa penasehat keuangan, broker sekuritas, dan penjamin pelaksana emisi efek asal Hong Kong tersebut dengan nilai transaksi Rp82,65 miliar.

Namun, sejak perusahaan beralih bisnis utama dari sebelumnya bergerak sebagai perusahaan perantara perdagangan efek, belum ada aksi korporasi yang cukup berarti di bidang investasi properti.

Antony mengatakan, perusahaan masih membutuhkan waktu lebih panjang sebelum merealisasikan rencana tersebut dan kini tengah menjajaki beberapa peluang investasi di sektor lainnya yang berpotensi lebih menguntungkan. Menurutnya, sektor yang cukup serius dijajaki perusahaan saat ini adalah sektor pertambangan.

“Kita memang arahnya mau ke properti, tetapi tampaknya rencana itu ditunda karena dari segi kelayakannya, rasanya belum saatnya kita masuk ke bisnis itu. Apalagi ada rencana peraturan tentang pajak progresif untuk tanah terlantar. Ini akan jadi beban bagi perusahaan, sementara pengembangan aset tanah untuk properti butuh waktu yang panjang,” katanya kepada Bisnis, Kamis (2/2/2017).

HADE menimbang bisnis properti saat ini belum cukup menguntungkan. Apalagi, calon perusahaan yang tengah dijajaki untuk dibeli oleh HADE tengah berencana untuk ekspansi penguasaan lahan sehingga akan terpapar langsung resiko pajak progresif.

Proses pengembangan dari pembelian lahan hingga pembangunan properti di atasnya butuh waktu beberapa tahun. Sementara itu, sejauh ini dunia usaha masih belum mendapat kepastian tentang mekanisme pengenaan pajak tersebut.

HADE menilai, kinerja industri properti tiga tahun terakhir masih tumbuh melambat dan menunjukkan persaingan yang sengit di pasar. Di segmen hunian, pasar masih didominasi oleh pembeli penguna akhir, bukan investor sehingga properti yang laku umumnya dari kelas menengah ke bawah yang bermargin tipis.

Anong Wicaksono, Direktur HADE mengatakan, sepanjang tahun ini HADE masih akan melihat peluang-peluang baru yang lebih menguntungkan dengan mempertimbangkan peraturan-peraturan yang ada. Dirinya belum bersedia mengungkapkan aksi korporasi yang cukup konkret tahun ini untuk mendorong kinerja saham perseroan yang kini masih bertengger di level gocapan Oktober 2016.

Di sisi lain, harga komoditas saat ini perlahan mulai bangkit dan memberi harapan bagi kinerja yang cukup baik di sektor ini di masa depan. Anong menilai, sekarang saat yang cukup tepat untuk masuk dalam investasi di sektor komoditas tambang, yakni ketika harganya mulai bangkit tetapi belum terlalu tinggi.

“Kita mencoba melakukan yang terbaik untuk perusahaan, tetapi cukup sulit juga untuk mencari aset yang bagus. Ada banyak di pipeline kita, tetapi menentukan yang paling bagus itu cukup sulit. Di dalamnya ada tambang, tetapi belum bisa kita buka perusahaan mana yang kita jajaki,” katanya.

Sementara itu, analis Maybank Kim Eng Securities Aurellia Setiabudi mengatakan, meskipun kinerja prapenjualan sejumlah perusahaan properti pada 2016 belum cukup memuaskan, pihaknya cukup yakin bahwa ada ruang pertumbuhan prapenjualan sepanjang 2017 meski rezim pemangkasan suku bunga acuan tidak lagi berlanjut.

Optimisme tersebut ditopang oleh stabilnya nilai tukar rupiah dan suku bunga, harga komoditas yang terus membaik dan inflasi yang terkendali.

“Secara agregat, kami memandang pertubuhan prapenjualan sepanjang tahun ini akan bertumbuh 23% secara year on year, terutama didorong oleh segmen hunian menengah ke bawah. Kami juga menilai sektor lahan industri akan berkinerja positif karena arus masuk dana pengampunan pajak dan permintaan dari perusahaan,” katanya dalam keterangan resmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper