Bisnis.com, JAKARTA— Mandiri Sekuritas memprediksi pasar obligasi dengan denominasi rupiah masih akan memberikan return positif pada tahun ini, meski tidak akan sebesar pada 2016.
Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan pada 2017, Mandiri Sekuritas memprediksi adanya return positif dalam investasi di pasar obligasi rupiah, meski tidak akan sebesar kinerja 2016.
Hal tersebut seiring dengan hilangnya sejumlah katalis positif, seperti yield global bond, yang kemungkinan sudah berada di posisi terbawah (bottomed) karena pengetatan kondisi moneter global, dan lemahnya nilai mata uang karena kenaikan Fed Fund Rate.
Volatilitas juga kemungkinan akan tinggi tahun ini karena semakin tingginya tingkat ketidakpastian seiring dengan hasil Brexit dan agenda politik di AS dan negara-negara Eropa.
Handy memprediksi nilai pasar wajar untuk yield obligasi rupiah pemerintah bertenor 10 tahun pada 7,25% (rentang: 6,91%-7,55%, vs. 7,97% pada akhir 2016-YE2016). Prediksi tersebut dengan asumsi yield obligasi pemerintah AS (US treasury) bertenor 10 tahun pada 2,6%, suku bunga 7-day reverse repo rate pada 4,75%, credit defaut swap (CDS) tenor 5 tahun pada 157, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rp13.400 pada YE2017.
“Prediksi itu memberikan cerminan rerata return dari investasi pada obligasi rupiah pemerintah pada rentang 8,9%-13,4% pada 2017,” jelas Handy dalam risetnya, Senin (23/1/2017).
Sementara, pada 2016, ada sejumlah event global yang mengejutkan. Mulai dari Brexit dan hasilnya, kemenangan Trump dalam persaingan memperebutkan kursi presiden AS, persetujuan OPEC untuk menurunkan produksi minyak, dan keputusan suku bunga yang lebih agresif (hawkish) dari federal open market committee (FOMC) di AS pada Desember.
Meski demikian, pasar obligasi (bond) rupiah Indonesia memiliki ketahanan dan membukukan keuntungan solid 14% (16,7% dalam mata uang US$) sejak rerata yield surat utang pemerintah turun 55 bps pada 2016.
Kemudian, obligasi rupiah Indonesia berada di posisi teratas di pasar obligasi mata uang lokal pemerintah Asia. Hal tersebut sejalan dengan prediksi positif Mandiri Sekuritas terhadap pasar obligasi rupiah setahun lalu.