Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang yen melanjutkan pelemahan setelah rapat Bank of Japan (BOJ) memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga, target yield obligasi 10 tahun, dan penggelontoran stimulus.
Pada perdagangan Selasa (20/12) pukul 17:34 WIB, mata uang yen turun 0,92 poin atau 0,79% menuju ke 118,01 per dolar AS. Dalam waktu yang sama, indeks dolar AS meningkat 0,26% menjadi 103,41.
Dalam rapat Senin (19/12), BOJ memutuskan untuk membeli Japanese Government Bonds (JGB), sehingga JGB 10 tahun akan menetap di sekitar 0%. Oleh karena itu, bank sentral bakal menggenjot stimulus sebesar 80 triliun yen dalam setahun.
Sementara tingkat suku bunga menetap di level negatif -0,1%. Komposisi pemilih saat rapat kemarin ialah 7:2 suara, sehingga kebijakan diputuskan tidak berubah.
Ray Attrill, global co-head strategi FX pada National Australia Bank Ltd., mengatakan hasil rapat bank sentral kemarin sesuai dengan proyeksi banyak pihak. Hasil keputusan rapat BOJ menjadi dasar baru untuk pelemahan mata uang yen terhadap dolar AS.
"Ini menjadi alasan baru untuk pelemahan yen pada tahun depan, kecuali yields AS jatuh kembali," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (20/12/2016).
Dalam waktu dekat, yen seharusnya mendapat tenaga tambahan baru untuk meningkat. Insiden penembakan di Turki dan tabrakan maut di Jerman memicu peningkatan permintaan aset haven.
Sementara mata uang dolar sedikit melemah setelah reli besar yang dipicu pengerekan suku bunga Federal Reserve. Hasil treasury AS pada Senin (19/12) mengalami penurunan.
Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang pada National Australia Bank Ltd., menyampaikan mata uang dolar AS berpeluang cenderung bergerak konsolidasi hingga akhir tahun. Pasalnya, reli yang terlalu tinggi membuat greenback sudah kehabisan tenaga.
Dalam risetnya, Selasa (20/12), Chavan Bhogaita, Head of Market Insights & Strategy National Bank of Abu Dhabi, mengatakan pidato Gubernur Federal Reserve Janet Yellen soal optimisme pasar tenaga kerja memberikan kekuatan baru bagi dolar AS.
Pada Senin (19/12) waktu setempat, Yellen menyampaikan setelah bertahun-tahun masa pemulihan ekonomi yang lambat, kini AS memasuki periode tenaga kerja terkuat dalam hampir satu dekade terakhir. Tumbuhnya pasar tenaga kerja tentunya mendorong peningkatan upah.
Tingkat pengangguran bagi orang dengan gelar sarjana atau lebih tinggi turun menjadi 2,3%, terendah sejak 2008. Sementara pengangguran secara keseluruhan di AS mencapai 4,6%, yang merupakan level terendah dalam lebih dari sembilan tahun.
"Pernyataan ini diterjemahkan ke dalam peningkatan permintaan dolar AS dalam sesi perdagangan Asia," papar Bhogaita.