Bisnis.com, JAKARTA – Bursa emerging markets melemah untuk kedua kalinya dalam tiga hari karena kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga acuan AS akan mengurangi minat terhadap untuk aset berisiko di negara berkembang.
Indeks MSCI Emerging Markets melemah 0,5% ke posisi 858,41. Delapan dari 11 sektor saham melemah, dipimpin oleh sektor konsumer.
Sementara itu, bursa saham Brasil melemah di tengah spekulasi bahwa reformasi ekonomi dapat terganggu oleh adanya gejolak. Di lain pihak, saham negara Teluk dan Rusia, eksportir energi terkemuka dunia, menguat setelah minyak mentah Brent naik ke level tertinggi sejak Agustus 2015.
Walaupun kesepakatan produksi minyak menopang bursa saham, spekulasi kebijakan pengeluaran AS oleh Presiden terpilih Donald Trump memperkuat harapan untuk kenaikan inflasi dan laju suku bunga Federal Reserve.
Investor saat ini akan fokus pada data non-farm payrolls pada Jumat setelah ADP Research Institute melaporkan peningkatan pekerja sektor swasta pada level tertinggi sejak Juni.
"Minyak mentah biasanya menjadi ukuran sentimen risiko, sehinggak ketika harga naik, pasar negara berkembang cenderung positif," kata Patrick Mange, ahli strategi pasar berkembang BNP Paribas Asset Management, seperti dikutip Bloomberg.
"Namun, masih banyak ketidakpastian di pasar mengenai apa yang akan terjadi setelah Donal Trump resmi menjadi presiden," lanjutnya.
Saham Ibovespa Brazil anjlok 3,9%, paling signifikan di antara 94 bursa utama lainnya yang dilacak oleh Bloomberg. Bursa saham Arab Saudi naik 1,3% ke level tertinggi sejak Desember 2015, sedangkan indeks Micex Rusia naik 0,8%.