Bisnis.com, JAKARTA--Emiten minyak dan gas milik Arifin Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) mampu membukukan keuntungan pada tahun ini setelah sebelumnya rugi.
Analis PT Recapital Securities Kiswoyo Adi Joe menilai peningkatan komoditas, terutama batu bara belum berdampak besar terhadap kinerja emiten. Pendapatan sejumlah emiten tambang telah dikontrak dalam jangka waktu tertentu.
"Kalau harga minyak enggak sampai US$100 per barel, harga batu bara susah bertahan di level sekarang," ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (25/10/2016).
Emiten Migas yang baru saja mengakuisisi PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) itu masuk dalam jajaran perusahaan dengan penurunan pendapatan. Pendapatan Medco terkoreksi 0,28% menjadi US$416,8 juta pada kuartal III/2016 dari US$418,05 juta.
Akan tetapi, kondisi berbeda terjadi pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk. Medco Energi menjadi perusahaan yang berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba.
Medco berhasil mengantongi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai US$22,25 juta. Padahal, Medco sebelumnya harus membukukan rugi bersih US$51,13 juta pada kuartal III/2015.
Richard Jerry, Analis PT BNI Securities, menilai kinerja MEDC secara tahunan maupun kuartalan, pendapatan masih terkoreksi lantaran harga minyak dunia yang rendah. Kenaikan laba bersih didorong oleh efisiensi, terlihat dari kenaikan margin operasional, baik secara tahunan maupun kuartalan.
Pada kuartal III/2016, sambungnya, laba bersih MEDC meningkat signifikan karena adanya keuntungan pembelian diskon sebesar US$18,8 juta, meskipun dikurangi juga oleh pajak final sebesar US$2 juta dari anak usaha PT Api Metra Graha.
Kemudian, pencatatan penjualan Bawean Holding Ltd. yang dicatatkan sebagai kerugian atas pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, sebesar US$11,9 juta.
"Tanpa ketiga hal tersebut, laba MEDC pada kuartal III/2016 mencapai US$19 juta, lebih rendah 20,3% dari yang tercatat dalam laporan keuangan, meskipun masih meningkat secara tahunan," kata dia dalam riset.
Dia memiliki pandangan, rebound harga minyak pada Oktober 2016 akan mampu mendorong harga jual minyak MEDC. Meskipun secara garis besar, dia melihat industri minyak masih akan menghadapi tantangan.