Bisnis.com, JAKARTA--Lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's menurunkan rating kredit jangka panjang PT Sri Rejeki Isman Tbk. menjadi B+ dari BB- dengan outlook stabil.
Eric Nietsch, analis S&P Singapura, mengatakan pihaknya juga menurunkan peringkat surat utang global jangka panjang yang diterbitkan oleh Golden Legacy Pte. Ltd. dan digaransi oleh Sritex menjadi B+ dari BB-.
"Kami menegaskan peringkat Sritex skala regional Asean pada level axBB. Kami telah menghapus seluruh peringkat dari credit watch, di mana SRIL disematkan pada level implikasi negatif pada 21 September 2016," tuturnya dalam siaran pers, Senin (24/10/2016).
S&P kemudian menarik seluruh peringkat itu sesuai dengan permintaan emiten. Penurunan peringkat Sritex lantaran S&P yakin utang untuk mendanai ekspansi anak usaha, PT Rayon Utama Makmur, meningkatkan risiko pada Sritex di tengah lonjakan konsolidasi operasional.
Dia menjelaskan, Sritex bakal menggunakan produk rayon dari RUM. RUM memang tengah membangun pabrik dengan kapasitas tahunan 80.000 ton dan diproyeksi rampung pada akhir tahun ini.
Kendati demikian, sambungnya, penarikan rating oleh S&P seiring minimnya informasi terutama atas tingkat ketergantungan antara RUM dan Sritex. Dia meyakini bahwa Sritex berpotensi akan menyerap hasil produksi RUM bila telah beroperasi kelak.
Akan tetapi, S&P memiliki keterbatasan informasi pada kemungkinan Sritex dapat membeli hasil produksi tambahan jika perkebunannya lambat dalam ekspansi. Lalu, persoalan syarat pembayaran antara Sritex dan RUM juga masih belum jelas. Terakhir, waktu peningkatan dan proyeksi profitabilitas tanaman.
Menurut dia, dengan tidak adanya informasi yang lebih spesifik, S&P sekarang menganggap kualitas kredit Sritex harus lebih memadai. Baik konsolidasi maupun terpisah.
Pada saat penarikan, katanya, dia memperkirakan bahwa kelompok yang dibentuk oleh Sritex dan RUM memiliki secara substansial lebih maksimal dari Sritex sendiri.
Dia memperkirakan bahwa pabrik RUM ini menelan biaya US$250 juta. Sebagian besar biaya pembangunan pabrik didanai dari utang.
Pada Juni 2016, Sritex menerbitkan surat utang global senilai US$350 juta setara dengan Rp4,65 triliun. Penerbitan global bonds itu dilakukan oleh Golden Legacy dengan kupon 8,25%.
Obligasi itu akan jatuh tempo pada 2021 dengan pembayaran bunga setiap enam bulan dan pembayaran perdana pada 7 Desember 2016. Global bonds SRIL dan anak usaha lainnya, PT Sinar Pantja Djaja.
Selain itu, global bonds juga dijamin dengan saham yang dimiliki perseroan pada Golden Legacy dan Golden Montain Textile adn Trading Pte. Ltd.