Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (12/10/2016) masih akan tertekan.
Eekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan fokus saat ini beralih ke notulensi FOMC meeting yang datang Kamis dini hari di tengah ketidakpastian mengenai Deutsche Bank dan Brexit.
Hasil notulensi diperkirakan masih berharap adanya kenaikan FFR target pada akhir tahun – saat ini menurut Bloomberg peluang kenaikan di Des16 sudah mendekati 70%. Merespon hal itu dollar index masih menguat hingga dini hari tadi bersamaan dengan naiknya imbal hasil US Treasury 10 tahun. Harga minyak mentah mulai terkoreksi dengan pasar yang belum yakin pemangkasan produksi bisa disepakati.
Sementara itu, rupiah justru melemah kemarin bersamaan dengan pelemahan kurs di Asia terhadap dollar. Akan tetapi secara umum rupiah masih relatif lebih kuat dibandingkan performa kurs rekan dagang utama terhadap dolar AS.
Tekanan pelemahan juga masih terlihat di pasar SUN yang terutama dipicu ketidakpastian global bersamaan dengan ekspektasi inflasi dari pemerintah dan BI yang naik ke depan. “Tekanan pelemahan terhadap rupiah berpeluang bertahan dalam jangka pendek,” katanya dalam riset.