Bisnis.com, JAKARTA- Harga minyak melesat setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sepakat memangkas produksi.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengemukakan sejumlah komoditas pada akhirnya akan terkena imbasnya.
“Tak (secara) langsung. Tak serta merta (komoditas lain) ikut naik. (Kemungkinan penguatan bessama dengan minyak mentah antara lain) minyak sawit, minyak kedelai, olein,” kata Ariston saat dihubungi hari ini, Kamis (29/7/2016).
Sementara itu untuk emas, ujarnya,diyakini tak ada reaksi, karena berbeda jalur dengan gerak minyak mentah
“Emas terakhir sempat ikut pergerakan dolar,” kata Ariston.
Ketika ditanya dengan perhelatan debat capres AS dan pemilu presiden AS di minggu pertama November, Ariston mengatakan lebih dipengaruhi oleh sosok Donald Trump.
“Kalau Trump naik akan ada pengaruh,” kata Ariston.
Dia memprediksi hingga akhir tahun, emas masih akan bergerak di kisaran US$1.300 per barel.
“Cenderung berada di 1310-1340,” kata Ariston.
Seperti diketahui OPEC sepakat untuk memangkas produksi untuk pertama kalinya dalam delapan tahun terakhir.
Seperti dikutip Bloomberg, Menteri Perminyakan Iran Bijan Nambar Zanganeh menyatakan OPEC setuju untuk memangkas produksi pada kisaran 32,5 ke 33 juta barel per hari setelah pertemuan di Aljazair.
Walaupun beberapa anggota OPEC akan memangkas produksi, Iran tidak harus mengurangi produksi, lanjutnya.
Banyak rincian tetap harus dikerjakan dan OPEC tidak akan memutuskan target untuk masing-masing negara hingga pertemuan berikutnya pada akhir November.
"Pemangkasan produksi ini jelas bullish," kata Mike Wittner, Kepala Riset Pasar Minyak Societe Generale SA, seperti dikutip Bloomberg.
"Yang lebih penting adalah bahwa Saudi tampaknya kembali ke masa pengelolaan pasar," lanjutnya.
Kesepakatan ini juga menandakan babak baru dalam hubungan antara Arab Saudi dan Iran, yang telah bentrok dalam kebijakan minyak sejak 2014 dan mendukung sisi berlawanan dalam perang saudara di Suriah dan Yaman.
Kesepakatan ini menunjukkan bahwa kedua negara tersebut, dengan mediasi dari Rusia, Aljazair dan Qatar, mampu mengatasi perbedaan untuk pemangkasan produksi awal tahun ini.