Bisnis.com, CIKARANG—PT Puradelta Lestary Tbk. memproyeksikan dapat merealisasikan penjualan lahan industri hingga 100 hektar tahun depan, menimbang kondisi perekonomian yang mulai pulih dan realisasi pembelian dari penjajakan sejumlah perusahaan selama ini.
Direktur Independen PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) Tondy Suwanto mengatakan, bila penjualan tersebut dapat terealisasi, perusahaan dapat membukukan marketing sales hingga Rp2 triliun tahun depan. Nilai ini meningkat sekitar 35% dari target tahun ini Rp1,5 triliun dengan total luas terjual 50 hektar.
Tondy mengatakan, saat ini permintaan kawasan industri sudah mulai membaik. Penawaran yang masuk ke Kota Deltamas mulai meningkat, bahkan target penjualan tahun ini sebesar 50 hektar pun telah terlampaui sejak Agustus lalu.
“Akan ada beberapa perusahaan besar lagi yang akan masuk ke kawasan industri kita. Yang besar-besar ini biasanya minta diskon sehingga kemungkinan nilainya Rp2 triliun. Kita kasih diskon tentu dengan pertimbangan industri yang masuk itu punya nama besar atau benefit apa yang mereka bawa ke kita,” katanya saat ditemui di Kota Deltamas, Cikarang, Rabu (14/9/2016).
Saat ini, total luas kawasan Kota Deltamas mencapai 3.053 hektar. Peruntukan kawasan tersebut terbagi tiga, yakni 1.440 hektar atau 47% untuk kawasan industri Greenland International Industrial Center (GIIC), 757 hektar atau 25% untuk komersial, dan 856 atau 28% untuk residensial.
Kini, cadangan lahan yang tersisa sekitar 1.648 hektar. Sebagian besar cadangan lahan tersebut adalah bagian kawasan residensial dan komersial, sedangkan area industrial tinggal 433 hektar.
Namun, saat ini DMAS tengah menyelesaikan proses akuisisi lahan seluas 135 hektar yang ditargetkan rampung akhir tahun ini atau awal tahun depan. DMAS mengalokasikan Rp800 miliar untuk pembelian lahan ini dan akan dikembangkan sebagai area industri.
“Pembayarannya sudah 90%, tinggal 10% lagi menunggu penyelesaian sertifikat. Namun, secara fisik kita sudah bisa garap. Harganya sekitar Rp600 ribu hingga Rp700 ribu per meter persegi,” katanya.
Investor Relation Manager DMAS Ricardo Arif Dharmawan mengatakan, ratusan hektar lahan di GIIC yang telah terjual hingga kini memang belum beropersi.
Sejumlah industri besar yang masuk ke GIIC seperti PT Maxxis International Indonesia, Mitsubishi Motors dan SIAC GM Wuling baru akan mengoperasikan pabriknya sekitar 2017 dan 2018.
Beroperasinya industri raksasa ini nantinya berpotensi menyerap ribuan tenaga kerja baru. Untuk itu, mulai tahun depan DMAS akan kembali berkonsentrasi untuk menggarap properti residensial dan komersial guna mengantisipasi tingginya permintaan hunian di masa mendatang.
“Saat ini revenue kita 97% masih dari industrial, sedangkan residensial dan komersial baru 3%. Kita targetkan tahun depan dari residensial dan komersial akan meningkat menjadi 10% hingga 15%,” katanya.
DMAS pun baru saja mengoperasikan apartemen service baru Le Premier. Seluruh unit sebanyak 123 apartemen telah habis disewa secara jangka panjang oleh ekspatriat Jepang. Richardo mengatakan, dari penyewaan apartemen ini DMAS sudah membukukan pendapatan Rp30 miliar per tahun dan cukup untuk menutupi biaya operasi seluruh kawasan.
DMAS sekurang-kurangnya akan meluncurkan dua klaster baru hunian tahun depan. Namun, direksi belum dapat menyampaikan rencana investasi proyek residensial tersebut.
Sebelumnya, DMAS telah menjual lahan seluas 20 hektar kepada AEON Mall pada 2013 lalu. Mal tersebut akan memiliki kapasitas dua kali lipat dari AEON Mall di BSD dan ditargetkan mulai beroperasi 2018 mendatang.
DMAS pun telah meluncurkan Greenland Square fase pertama seluas 17 hektar berupa lahan komersial di lokasi premium di dekat pusat pemerintahan Kabupaten Bekasi. Sejauh ini, sudah ada permintaan yang ditujukan untuk pembangunan hotel.
Selain itu, DMAS juga membangun rental factory sebanyak empat unit sebagai tambahan sumber pendapatan berulang. Ricardo mengatakan, DMAS belum terlalu mengandalkan produk ini sebab kontribusinya tidak setinggi apartemen service Le Premier.