Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GRUP BAKRIE: VIVA Jual Saham ANTV Hingga Rp1,8 Triliun

Emiten media entitas Grup Bakrie, PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) mendapatkan restu pemegang saham untuk mendivestasi maksimum 15% saham PT Intermedia Capital Tbk. (MDIA) senilai Rp1,8 triliun.

Bisnis.com, JAKARTA--Emiten media entitas Grup Bakrie, PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) mendapatkan restu pemegang saham untuk mendivestasi maksimum 15% saham PT Intermedia Capital Tbk. (MDIA) senilai Rp1,8 triliun.

Anindya Novyan Bakrie, Direktur Utama Visi Media Asia, mengatakan divestasi saham stasiun televisi ANTV itu digunakan untuk pembayaran utang senilai US$60 juta kepada Credit Suisse.

"Divestasi 15% itu dari Rp13 triliun sekitar Rp1,8 triliun. Kebutuhan membayar utang US$60 juta, sisa dana tidak perlu diapa-apakan, divestasi maksimal 15%," katanya, Jumat (2/9/2016).

Kapitalisasi pasar saham MDIA tercatat mencapai Rp11,37 triliun dengan harga Rp2.900 per lembar. VIVA sebagai induk usaha, mengempit kepemilikan 89,99% di dalam MDIA.

Divestasi saham MDIA ditingkatkan dari target sebelumnya 5%, kemudian menjadi 10%, dan kini maksimum 15%. Penentuan harga saham MDIA sesuai aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan rerata transaksi 90 hari.

Dalam laporan keuangan per 30 Juni 2016, pinjaman bank jangka pendek VIVA mencapai Rp586,68 miliar dan jangka panjang Rp2,41 triliun. Total liabilitas VIVA mencapai Rp4,27 triliun lebih tinggi dari akhir tahun lalu Rp4,04 triliun.

Pinjaman bank jangka panjang diperoleh dari Credit Suisse AG, Cabang Singapura senilai Rp2,11 triliun. Pinjaman itu dikantongi pada 1 November 2013 sejumlah US$230 juta yang digunakan untuk membayar utang dari Deutsche Bank AG, cabang Hong Kong.

Utang dari Credit Suisse, sambungnya, telah dibayar sebanyak US$100 juta hingga tahun ini. Perseroan membayar utang kepada Credit Suisse dari divestasi 2,5% saham MDIA dengan perolehan dana Rp130,2 miliar pada 2014.

Meski tidak terbebani oleh jatuh tempo utang tersebut, manajemen VIVA ingin melakukan refinancing dan mengurangi utang berdenominasi dolar Amerika Serikat sebagai upaya natural hedging. Tahun ini, perseroan menargetkan refinancing utang dalam dolar AS senilai US$166 juta.

Sementara, total pinjaman VIVA mencapai Rp3 triliun pada paruh pertama tahun ini dan EBITDA mencapai Rp408,97 miliar. Sehingga, rasio pinjaman terhadap EBITDA mencapai 7,35 kali dari akhir tahun lalu 3,36 kali.

Putra pertama Aburizal Bakrie itu menargetkan divestasi 15% saham MDIA akan membuat kepemilikan VIVA susut menjadi 75%. Divestasi akan dilakukan secara bertahap melalui mekanisme private placement.

Penjualan saham MDIA diklaim telah mendapatkan banyak peminat, baik dari investor dalam maupun luar negeri. Diharapkan, private placement saham MDIA bakal rampung pada akhir tahun ini.

Divestasi saham MDIA untuk pembayaran utang diharapkan dapat membuat struktur permodalan VIVA membaik. Bila refinancing dilakukan, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) VIA diharapkan berada di bawah level 2 kali.

Manajemen VIVA telah mendapatkan restu dari rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) untuk menggelar dua aksi korporasi, yakni divestasi dan refinancing. Bersamaan dengan placement saham MDIA, manajemen berupaya refinancing utang dari dolar AS ke rupiah.

Dari sisi kinerja, Anindya menargetkan pendapatan dapat tumbuh 15%-16% menjadi Rp2,5 triliun dengan EBITDA margin sebesar 40%. VIVA telah mengantongi pendapatan Rp1,21 triliun pada semester I/2016, atau meningkat 9,62% year-on-year.

Adapun, MDIA ditargetkan dapat tumbuh 20% tahun ini menjadi Rp1,66 triliun dari Rp1,38 triliun. Perseroan telah mengantongi pendapatan Rp858,29 miliar per 30 Juni 2016, tumbuh 14,5% dari tahun lalu Rp749,02 miliar.

Pemegang saham MDIA merestui pembagian dividen tahun buku 2015 senilai Rp40 miliar dengan rasio 15% dari total laba bersih Rp256,73 miliar. Pembagian dividen mencapai Rp10 per lembar saham.

"Ini tahun ketiga kami membagikan dividen secara berturut-turut," ujar Direktur Utama MDIA Erick Thohir.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper