Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga minyak mentah kian merosot pada awal perdagangan hari ini, Kamis (30/6/2016), di tengah memudarnya kekhawatiran akan aksi mogok di Norwegia serta membaiknya produksi di Nigeria.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak WTI kontrak Agustus melemah 0,90% atau 0,45 poin ke US$49,43 per barel pada pukul 11.03 WIB, setelah dibuka dengan pelemahan 0,66% atau 0,33 poin di posisi US$49,55.
Pada saat yang sama, patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak Agustus turun signifikan 1,19% atau 0,60 poin ke level US$50,01, setelah dibuka melemah 0,79% atau 0,40 poin di level 50,21.
Menurut para pedagang, seperti dilansir oleh Reuters hari ini, melemahnya harga minyak mentah merupakan hasil dari membaiknya prospek suplai.
Kekhawatiran akan penurunan produksi yang tajam akibat aksi mogok pekerja minyak dan gas di Norwegia sepertinya berkurang, dengan mengetahui bahwa produksi negara penghasil terbesar Laut Utara tersebut hanya akan turun sekitar 7% bahkan jika terjadi walk-out dari aksi itu, menurut data Direktorat Petroleum Norwegia.
Di Nigeria, serangan pada infrastruktur minyak telah menyingkirkan sekitar 600.000 barel produksi minyak harian menjadi sekitar 1,25 juta barel per hari (bph) antara Januari dan pertengahan Juni. Namun adanya gencatan senjata telah membawa pemulihan sebesar 200.000-300.000 bph.
"Jika berkelanjutan, gencatan senjata ini akan membuka jalan bagi produksi yang lebih tinggi, dengan pemerintah yang optimistis bertujuan untuk kembali ke produksi normal pada akhir Juli," papar Goldman Sachs, seraya menambahkan bahwa masih ada risiko berlanjutnya serangan itu.
Pada perdagangan kemarin (Kamis pagi WIB), harga minyak WTI kontrak Agustus ditutup melejit 4,24% atau 2,03 poin ke US$49,88 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak Agustus juga ditutup melesat 4,18% ke US$50,61 per barel.
Harga minyak mentah dunia sebelumnya melesat melampaui 4% menyusul laporan penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.