Bisnis.com, JAKARTA- Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2016-2025 PLN mengungkapkan kontribusi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) turun menjadi 34,8 GW (43,2%) dari total kebutuhan tambahan pembangkit Indonesia sebesar 80,54 GW.
Penurunan tersebut akan meningkatkan persaingan dalam tender pasokan batu bara untuk pembangkit listrik.
Menurut media, dengan pengurangan porsi PLTU sekitar 7,3 GW (-17,3%) tersebut maka potensi penyerapan batu bara di dalam negeri berkurang sekitar 29,2 juta ton per tahun sejak 2025.
Pengurangan kontribusi PLTU tersebut tidak berlaku dalam proyek pembangkit listrik 35.000 MW yang ditargetkan rampung pada 2019, dan akan berlaku setelah 2019.
Berkurangnya kontribusi PLTU dalam kebutuhan tambahan pembangkit tentunya akan mengurangi kontribusi batu bara ke pasar domestik, sehingga perseroan mestinya akan mengatasi hal tersebut dengan meningkatkan porsi ekspornya.
“Hal ini akan berdampak pada peningkatan suplai batubara ke pasar global yang dapat berpengaruh terhadap harga batu bara,” tulis HP Financials dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (21/6/2016).
Harga kontrak batu bara per 20 Juni US$52,85, turun 1,2% dari akhir Mei 2016 US$ 53,5. Pasar ekspor PTBA sekitar 48% per 2015 sedangkan ADRO 79%.