Bisnis.com, JAKARTA— Harga surat utang negara diprediksi bergerak bervariasi dengan masih berpeluang untuk mengalami penurunan menjelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat serta tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang kembali.
Analis fixed income PT MNC Securities Indonesia I Made Adi Saputra mengatakan, selain faktor kedua faktor tersebut, kekhawatiran investor global terhadap keluarnya Inggris dari Uni Eropa juga turut mempengaruhi pergerakan harga SUN pada perdagangan hari ini, Senin (13/6/2016).
“Sementara itu secara teknikal, harga SUN masih bergerak dalam tren kenaikan harga. Namun demikian kenaikan harga masih akan terbatas menjelang pelaksanaan RDG bank sentral AS,” kata Made dalam risetnya, Senin (13/6/2016).
Dengan kondisi tersebut, investor disarankan untuk tetap mencermati arah pergerakan harga SUN dengan melakukan strategi trading di tengah kondisi pasar SUN yang bergerak berfluktuasi hingga sepekan ke depan. Pihaknya masih merekomendasikan jual untuk obligasi negara seri FR0053, FR0056 dan FR0072. Adapun untuk rekomendasi beli pilihan pada seri FR0042, FR0050, FR0057 dan FR0067.
Sementara itu pasar surat utang global pada perdagangan di akhir pekan ditutup dengan penurunan imbal hasil setelah koreksi harga yang terjadi di pasar saham global mendorong investor untuk menempatkan dananya pada aset yang lebih aman.
Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 1,623% dari posisi penutupan sebelumnya di 1,68%. Adapun imbal hasil dari Surat Utang Jerman (Bund) mencetak level terendahnya pada perdagangan di akhir pekan di level 0,019% dari posisi penutupan sebelumnya di kisaran 0,032%.
Imbal hasil dari surat utang Jepang juga kembali berada pada level terendahnya setelah nilai tukar Yen Jepang mengalami penguatan terhadap dollar Amerika. Surat Utang Jepang ditutup turun pada -0,155% dari posisi penutupan di hari Kamis yang sebesar -0,133%.